BRIEF.ID – Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru, tetapi bisa juga menyerang bagian tubuh lain seperti tulang, kelenjar getah bening, otak, dan ginjal.
TBC menular melalui udara ketika penderita batuk, bersin, atau berbicara dan mengeluarkan droplet yang mengandung bakteri TBC. Seseorang bisa tertular jika menghirup droplet ini, terutama jika tinggal serumah atau berinteraksi dekat dalam waktu lama dengan penderita.
Pemerintah Indonesia menargetkan untuk mengeliminasi penyakit TBC, pada tahun 2030. Berdasarkan model yang dibuat Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dengan kecepatan penemuan dan pengobatan saat ini, eliminasi TBC baru dapat dicapai paling cepat pada tahun 2045.
“TBC ini sudah lebih dari 100 tahun. Sudah 1 miliar orang meninggal. Ini adalah penyakit menular dengan korban paling besar dalam sejarah dunia penyakit menular. Sekarang itu, 1 juta per tahun, di Indonesia 130-an orang, atau setiap 5 menit 2 orang meninggal di Indonesia,” kata Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, belum lama ini.
Saat ini, Indonesia telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam mendeteksi dan pengobatan TBC, meski tantangan besar masih ada, terutama dalam hal pelaporan, diagnosis, dan pengobatan kasus resisten obat. Sebab diperlukan upaya berkelanjutan dan kolaborasi lintas sektor untuk mencapai target eliminasi TBC dan melindungi kesehatan masyarakat.
Menkes mengungkapkan, kasus tuberkulosis di Indonesia masih menjadi tantangan besar dalam sektor kesehatan masyarakat. Menurut Global TB Report 2024, Indonesia menempati posisi kedua tertinggi di dunia setelah India, dengan estimasi 1.090.000 kasus TBC dan sekitar 125.000 kematian setiap tahunnya.
Berdasarkan data Kemenkes, hingga Maret 2025 kasus TBC yang terdeteksi sebanyak 889.000 atau mencapai 81% dari target deteksi tahun 2024. Pengobatan TBC sensitif obat (TBSO) yang menginisiasi pengobatan mencapai 84%, mendekati target 90%. Di sisi lain, pengobatan TB resisten obat (TBRO) tingkat keberhasilannya masih rendah, sekitar 58%, jauh dari target 80%.
Menurut data Kemenkes, distribusi kasus berdasarkan wilayah pada tahun 2024, Provinsi Jawa Barat menempati urutan pertama yaitu sebanyak 234.710 kasus, disusul Jawa Timur 116.752 kasus, dan Jawa Tengah 107.685 kasus.
Selain itu, ada beberapa provinsi di luar Pulau Jawa, seperti Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan mencatat lebih dari 40.000 kasus TBC.
Disebutkan, Kemenkes telah mengidentifikasi beberapa tantangan utama dalam penanggulangan TBC. Selain banyak kasus tidak dilaporkan atau terlambat dilaporkan, yang menyebabkan pasien tidak segera mendapatkan pengobatan, kurangnya pengetahuan tenaga kesehatan dan keterbatasan akses terhadap alat diagnostik menyebabkan keterlambatan dalam diagnosis. Upaya untuk melacak dan memeriksa kontak dekat pasien TBC masih perlu ditingkatkan. (nov)