BRIEF.ID – Pemerintah Indonesia menjalin kerja sama strategis dengan perusahaan Amerika Serikat (AS), Perthera dan startup lokal, PathGen Diagnostik Teknologi untuk mentransfer teknologi kecerdasan buatan (AI) di bidang onkologi presisi. Kolaborasi ini bertujuan untuk mempermudah deteksi dini kanker, pemilihan terapi yang tepat, dan pengobatan yang lebih efektif bagi pasien di Indonesia.
Perthera, dikenal sebagai The Therapeutic Intelligence Company, adalah perusahaan berkedudukan di AS yang mengembangkan platform AI untuk onkologi presisi. Teknologinya menggunakan data multi-omik dan riwayat pasien untuk merekomendasikan terapi kanker yang paling sesuai. Salah satu inovasinya, PDACai, merupakan prediktor kemoterapi berbasis AI pertama di dunia untuk kanker pankreas.
PathGen Diagnostik Teknologi adalah startup bioteknologi Indonesia yang fokus pada diagnostik molekuler terjangkau untuk kanker dan penyakit tidak menular lainnya. Perusahaan ini menggunakan teknologi seperti next-generation sequencing (NGS), analisis multi-omik, dan digital pathology untuk meningkatkan akses layanan kesehatan berbasis presisi di Indonesia.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, jumlah kasus kanker di Indonesia terus meningkat dan diprediksi melonjak hingga lebih dari 70% pada tahun 2050, jika langkah pencegahan dan deteksi dini tidak diperkuat.
“Kanker ini naik terus jumlah kasus meninggalnya tiap tahun. Sekarang ketemu dulu kan nggak ketemu, karena sekarang diagnostiknya makin bagus. Namun yang penting bagaimana masyarakat diedukasi penyakit kanker harus dideteksi dini lebih awal karena teknologi yang berkembang sekarang seperti ini,” kata Menkes di Jakarta, Selasa (13/5/2025).
Menkes mengatakan, sekitar 400 ribu kasus baru kanker terdeteksi setiap tahunnya, dengan angka kematian mencapai 240 ribu kasus. Tanpa intervensi efektif, kata Menkes, beban kanker akan semakin besar, baik dari segi kesehatan masyarakat maupun ekonomi.
Sementara itu, CEO Pathgen Diagnostik Teknologi Dr Susanti mengatakan bahwa teknologi berbasis AI dapat meningkatkan ketahanan hidup sebesar dua setengah kali dari para pasien kanker, selain itu dapat mengurangi biaya pengobatan karena obat yang dipilih lebih tepat serta membantu dokter berikan rekomendasi obat yang tepat.
“Ini bisa mengurangi biaya 30%. Harapannya nanti bisa diimplementasikan secara luas oleh PathGen di Indonesia bersama rekan rekan medis dan klinis bisa secara overall mengurangi pembiayaan nasional dengan adanya deteksi dini akurat dan penggunaan obat yang tepat,” kata Susanti.
Pihaknya berkomitmen untuk memastikan tidak ada lagi pasien kanker di Indonesia yang berjuang tanpa harapan atau akses ke pengobatan terbaik.
Menurut Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Lucia Rizka Andalusia, nantinya AI dalam bekerja melakukan pengumpulan data-data mulai dari ekspertis atau ahli untuk kemudian disimpulkan apa penyakitnya dan apa terapi dan obat yang tepat.
“Jadi AI ini hanya membantu mempercepat hasil diagnosis saja tidak menggantikan kerja diagnosisnya. Kan ada banyak tahapan. Kalau dalam kanker misalnya 1 sampai 11, nah dari situ apa keputusan terapinya bisa diambil lebih cepat,” ujar Rizka.
Rizka juga menegaskan bahwa pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan untuk pasien kanker ini juga akan menyasar peserta BPJS Kesehatan di seluruh di Indonesia. (nov)