BRIEF.ID – Ketua Umum Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) Filda Citra Yusgiantoro mengungkapkan, pembangunan smelter menjadi langkah kunci dalam mengimplementasikan hilirisasi industri nikel di Tanah Air.
Smelter dirancang untuk melakukan proses pemisahan dan pemurnian nikel dari bijih nikel yang diambil dari tambang.
“Pembangunan smelter membuka peluang Indonesia untuk meningkatkan nilai tambah dari produksi nikel dengan mengolahnya menjadi produk yang memiliki nilai lebih tinggi,” kata Filda di Jakarta, Sabtu (30/3/2024).
Filda mengatakan, berdasarkan laporan singkat bertajuk “Strategi Kebijakan Hilirisasi Migas dan Minerba yang Efektif untuk Indonesia” yang diterbitkan PYC, pada media Maret 2024, selain nikel, Indonesia juga memiliki kekayaan mineral lainnya, seperti besi baja, bauksit, dan tembaga, yang berpotensi besar untuk diproses lebih lanjut sehingga dapat meningkatkan nilainya.
Laporan singkat PYC itu melibatkan tim peneliti yang terdiri atas Akhmad Hanan (peneliti), Mayora Bunga Swastika (asisten peneliti), dan Hidayatul Mustafidah Rohmawati (staf peneliti).
Laporan singkat ini mengevaluasi tahapan hilirisasi di sektor minyak bumi, gas alam, mineral, dan batubara menggunakan metodologi Political, Economic, Social, Technological, Environment, Legal (PESTEL) dan konsep ekonomi efek trickle down.
Melalui kerangka PESTEL, laporan ini mengidentifikasi aspek politik, ekonomi, sosial, teknologi, lingkungan dan hukum yang mempengaruhi kebijakan hilirisasi. Sedangkan, efek trickle down dianalisis untuk memahami distribusi manfaat ekonomi.
“Pada tahun 2025, perkiraan penggunaan baja mencapai 70 kg per orang, hampir dua kali lipat dari penggunaan saat ini yang sekitar 36 kg per orang. Pertumbuhan industri baja didorong oleh sektor transportasi,, peralatan, infrastruktur, kemasan, dan energi,” jelas Filda.
Disebutkan, pada tahun 2015, perusahaan seperti PT Krakatau Posco, PT Indoferro, dan PT Meratus Jaya Iron & Steel telah meningkatkan kapasitas produksi sebesar 4 juta ton. Diperkirakan pada tahun 2025, kapasitas produksi meningkat menjadi 10 juta ton per tahun.
No Comments