BRIEF.ID – Ratusan ribu orang mengantar Paus Fransiskus ke peristirahatan terakhirnya. Sesuai permintaannya, Paus dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore di Roma, Italia, Sabtu (26/4/2025).
Misa rekuiem dimulai pukul 10.00 waktu setempat atau pukul 15.00 WIB, dipimpin Kardinal Giovanni Battista Re, Dekan Dewan Kardinal, di Basilika Santo Petrus, Vatikan. Peti jenazah Paus Fransiskus telah ditutup dalam upacara pada Jumat (25/4/2025) malam dan ditempatkan di depan altar Basilika Santo Petrus.
Menjelang dimulainya misa, peti jenazah Paus dibawa ke Alun-alun Santo Petrus. Di sisi kiri peti jenazah, duduk para kardinal dalam balutan jubah merah.
Di sisi kanan, duduk para delegasi dari seluruh dunia dalam urutan abjad. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan duduk bersama para koleganya, antara lain Presiden Argentina Javier Milei, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr, juga Pangeran William dari Kerajaan Inggris dan Raja Spanyol Felipe VI.

Turut bergabung delegasi dari Indonesia, yakni Presiden ke-7 RI Joko Widodo, Menteri Hak Asasi Manusia (HAM) Natalius Pigai, Wakil Menteri Keuangan Thomas Aquinas Djiwandono, dan mantan Menteri Perhubungan yang juga Ketua Panitia Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia Ignasius Jonan.
Misa dihadiri 224 kardinal serta 750 pastor dan uskup. Selama sekitar 90 menit, misa rekuiem berlangsung dengan khidmat.
Misa dibuka dengan lagu pembukaan bagi kedamaian jiwa Paus Fransiskus. Berikut sepenggal liriknya: ”Requiem aeternam dona ei, Domine, et lux perpetua luceat e”. Artinya, ’berikanlah kepadanya kedamaian abadi, ya Tuhan, dan biarkanlah terang abadi menyinarinya’.
Bacaan kitab suci dan doa umat didaraskan berbagai bahasa. Kielce Gussie, jurnalis dari Vatican News, menyampaikan, bacaan pertama dari Kisah Para Rasul. Sementara Edgar Pineda menyampaikan bacaan kedua dari Surat Paulus kepada Jemaat di Filipi dalam bahasa Spanyol.
Dalam homili, Kardinal Re mengenang hari-hari terakhir serta misi dan karya kepausan Paus Fransiskus. ”Gambaran terakhir yang kita miliki tentangnya, yang akan tetap terukir dalam ingatan kita, adalah gambar hari Minggu lalu, Minggu Paskah, ketika Paus Fransiskus, meskipun sedang mengalami masalah kesehatan yang serius, ingin memberikan berkatnya dari balkon Basilika Santo Petrus,” ujarnya.
Kardinal Re mengatakan, upaya Paus Fransiskus untuk menolong pengungsi, migran, dan kaum miskin tidak terhitung banyaknya. ”Beliau terdorong oleh keyakinan bahwa Gereja adalah rumah bagi semua orang, rumah dengan pintu-pintu yang selalu terbuka. Gereja yang mampu tunduk kepada setiap orang, terlepas dari kepercayaan atau kondisi mereka, dan menyembuhkan luka-luka mereka,” katanya. (kompas.id/nov)