Paus Fransiskus Ciptakan Rekor Perjalanan Terjauh dan Terpanjang

September 1, 2024

BRIEF.ID – Suasana ruang konferensi pers di Kantor Biro Pers Takhta Suci Vatikan sedikit riuh oleh perbincangan, apakah kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia, Papua Niugini, Timor Leste, dan Singapura adalah perjalanan terjauh atau terpanjang?

Suasana yang ada tak ubahnya memperbincangkan apakah rekor baru akan dicetak oleh Ronaldo atau Messi.

Matteo Bruni, juru bicara Takhta Suci, lantas menengahi, bahwa sebelumnya Paus Fransiskus pernah mengunjungi Jepang, juga Korea Selatan yang berada di utara Indonesia.

”Artinya, dari segi jarak yang ditempuh,  kunjungan kali ini bukan yang terjauh. Namun, saya akan coba cek, berapa jauh perjalanan yang akan ditempuh Paus Fransiskus kali ini,” kata Matteo Bruni, dikutip dari Kompas.id, Minggu (1/9/2024).

Sementara itu, agak di pojok ruangan, dua rekan wartawan dari Spanyol masih membicarakan tentang hal itu. Menurut mereka, secara keseluruhan dalam satu perjalanan, kunjungan kali ini adalah jarak terjauh yang bakal dijalani oleh Paus Fransiskus.

Akan tetapi, kalau boleh disebutkan, sejak Paus Fransiskus duduk di takhta Santo Petrus, sepanjang 11 tahun, terhitung sejak terpilih pada 2013, kunjungan kali ini adalah kunjungan ke terbanyak negara dalam satu kali penerbangan. Lawatan ke Asia-Oseania kali ini mencakup empat negara, yaitu Indonesia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura.

”Seingat saya, beberapa tahun lalu, Paus Fransiskus dalam kunjungannya ke Amerika Latin menyempatkan bertandang ke tiga negara. Namun, kali ini, dalam satu rangkaian perjalanan, Paus Fransiskus mengunjungi empat negara berbeda,” kata Markus Kewuta SVD, seorang imam yang telah puluhan tahun bekerja untuk Kantor Kepausan untuk Dialog Antariman.

Paus Antusias

Sebagai seseorang yang telah menginjak usia nyaris 88 tahun, Paus Fransiskus beberapa waktu terakhir dirundung sakit. Di tengah kondisi fisik demikian, Purnomo MSF, Superior Jenderal Imam-imam Keluarga Kudus, menilai, Paus justru menampakkan antusiasmenya untuk mengunjungi Indonesia.

Antusiasme itu tampak dari pengalamannya saat menjadi penerjemah dalam pertemuan antara Duta Besar Indonesia untuk Takhta Suci dengan Paus Fransiskus beberapa waktu lalu. ”Paus mengatakan, ’Saya menantikan waktu untuk mengunjungi Indonesia’,” kata Purnomo saat ditemui di Kuria Jenderalat MSF, Roma, Italia, Sabtu (31/8/2024).

Soal usia dan kondisi fisik itu, Markus mengatakan, justru pada saat-saat menjelang hari kunjungannya ke Indonesia, Paus Fransiskus memperlihatkan kesan yang sangat positif. ”Dalam audiensi umum terakhir, kami mengira Paus Fransiskus akan keluar dengan menggunakan kursi roda. Namun, yang mengagumkan, Beliau berjalan dengan menggunakan tongkat. Cukup jauh, sekitar 25 meter,” katanya.

Merangkul yang Jauh

Akan tetapi, baik Markus maupun Purnomo, ada catatan lebih penting selain capaian positif terakhir yang dicatatkan Paus Fransiskus terkait kunjungannya ke kawasan Asia-Oseania itu. Purnomo menyebutkan, dalam kunjungan kali ini, Paus Fransiskus memperlihatkan sikapnya yang selalu ingin merangkul mereka yang berada di wilayah yang jauh.

”Ini memperlihatkan sikap pastoral Paus Fransiskus yang selalu ingin dekat dan menyapa langsung umatnya,” kata Purnomo.

Selain itu, Purnomo mengatakan, kunjungan ini merupakan apresiasi Paus Fransiskus kepada Indonesia, negara dengan mayoritas penduduk Islam, tetapi komunitas Katolik dan komunitas lain dapat bertumbuh. ”Ada satu-dua persoalan itu wajar saja. Namun, keberagaman Indonesia dengan semboyannya Bhinneka Tunggal Ika sangat dikenal dan diapresiasi oleh Vatikan,” kata Purnomo.

Pancasila sebagai dasar negara pun kerap menjadi perbincangan hangat di Takhta Suci. ”Paus mengagumi Pancasila, khususnya saat para pendiri bangsa meletakkan Ketuhanan Yang Maha Esa pada sila pertama,” kata Purnomo.

”Banyak imam, suster, biarawan-biarawati asal Indonesia yang saat ini bertugas di lebih dari 70 negara di dunia. Mereka bekerja di beragam bidang, seperti pendidikan, rumah sakit, di kantor kepausan, dan menjadi pemimpin tertinggi sejumlah tarekat atau ordo,” kata Purnomo.

Fakta itu, lanjut Purnomo, memperlihatkan bagaimana gereja dapat bertumbuh di Indonesia yang terhimpun dari beragam komunitas yang memiliki latar belakang dan budaya berbeda.

Pada kunjungannya ke Indonesia, Markus memperkirakan Paus Fransiskus akan membicarakan nilai-nilai kemanusiaan untuk perdamaian dan kesejahteraan bersama. Sebagai kepala negara, Paus juga akan membicarakan soal demokrasi. (Kompas.id)

No Comments

    Leave a Reply