Jakarta – Pencarian dana segar melalui penerbitan obligasi oleh perusahaan multifinance menjadi strategi untuk memacu pembiayaan pada semester II/2022. Hal ini untuk mengakselerasi kinerja dengan memanfaatkan momentum berangsur pulihnya pasar kendaraan bermotor sejalan kondisi ekonomi domestik yang kian membaik pascapandemi.
Terbaru, PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance) menggelar penawaran umum Obligasi I BRI Finance Tahun 2022 dengan penghimpunan dana Rp700 miliar. Perusahaan menerbitkan surat utang perdananya ini dalam satu seri saja, dengan tenor 3 tahun dan tingkat bunga tetap 6,95 persen per tahun.
Terkait hal itu Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. David E. Sumual mengatakan bahwa prospek obligasi yang diterbitkan perusahaan multifinance masih cerah. Kendati saat ini ekonomi global dibayangi tren suku bunga naik dan Bank Indonesia diperkirakan akan segera mengikutinya pada paruh kedua tahun ini.
“Di kendaraan bermotor ini ada permintaan yang dua tahun tertahan pandemi. Sehingga mulai merealisasikannya tahun ini dan perusahaan pembiayaan menerbitkan obligasi, karena butuh pendanaan,” katanya belum lama ini.
Menurut David, pasar obligasi Indonesia masih terbilang aman meski di tengah kondisi tren kenaikan suku bunga acuan. Sebab dia menilai Bank Indonesia tidak akan melakukan penyesuaian BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) secara agresif.
“Selama naiknya secara gradual, tidak akan berpengaruh besar ke pasar,” ujarnya optimistis.
Selain itu, kata David, merilis obligasi pada kuartal ketiga tahun ini masih menarik dilakukan karena likuiditas pasar juga saat ini masih tebal. Pada penghujung tahun ini, likuiditas diperkirakan mengetat seiring dengan berlakunya kenaikan giro wajib minimum (GWM) dari 7,5% menjadi 9% per September 2022.
Selanjutnya, David juga memperkirakan dengan semaraknya penerbitan obligasi oleh perusahaan pembiayaan tahun ini, akan mendorong pertumbuhan kinerja multifinance dengan proyeksi lebih dari 8% secara tahunan. Dana segar yang diperoleh dari surat utang tersebut akan menjadi modal untuk membiayaai permintaan kendaraan bermotor yang menguat.
Sebagaimana diketahui, sepanjang semester I/2022 penjualan mobil naik 20,8% secara tahunan (yoy), menjadi 475.321 unit. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) memasang target penjualan roda empat dan lebih dapat melampaui angka 900.000 unit atau mendekati kondisi sebelum pandemi Covid-19, yakni 1 juta unit pada tahun ini.
Sementara itu, Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) melaporkan penjualan roda dua di dalam negeri pada sepanjang Januari-Juni 2022 turun 8,3% yoy, menjadi 2,25 juta unit. Kendati demikian, pelaku bisnis tahun ini masih optimistis dengan memperkirakan penjualan sepeda motor akan naik sekitar 7% atau menjadi 5,4 juta unit hingga 2022 berakhir.
Perkuat Struktur Pendanaan
Terpisah, Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk Wisnu Wardana mengatakan injeksi likuiditas melalui bantuan sosial pemerintah turut menjaga daya beli masyarakat dan permintaan terhadap kendaraan bermotor roda dua. Akan tetapi, tantangan ke depan datang dari berkurangnya bantuan sosial, meningkatnya biaya hidup, serta harga bahan bakar.
Di sisi lain, kenaikan harga komoditas menopang daya beli dan permintaan terhadap kendaraan bermotor roda empat. Disrupsi rantai pasok global yang terjadi sebelumnya juga mulai menemukan keseimbangan baru dalam beberapa pekan terakhir.
“Dengan demikian, perusahaan pembiayaan memperkuat struktur pendanaan melalui penerbitan obligasi sebagai langkah antisipatif terhadap prospek yang akan datang, di tengah kondisi normalisasi kebijakan moneter,” katanya.
Adapun obligasi dari perusahaan multifinance yang terbaru, yaitu Obligasi I BRI Finance Tahun 2022 akan ditawarkan secara umum pada 2–4 Agustus 2022. Perusahaan menjelaskan bahwa seluruh dana hasil penawaran umum obligasi, setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi, akan dipergunakan untuk memperkuat struktur pendanaan.
“Di mana seluruh dana akan digunakan untuk ekspansi bisnis perseroan, yaitu untuk pemberian fasilitas pembiayaan kepada calon-calon debitur,” tulis manajemen BRI Finance dalam keterangan resminya.
Sebagai informasi, BRI Finance telah menggenggam rating idAA alias double A dari lembaga pemeringkatan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Penjamin pelaksana emisi obligasi dari BRI Finance adalah PT BCA Sekuritas dan PT BRI Danareksa Sekuritas, sementara bank wali amanat PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
BRI Finance, pada tahun ini membidik pembiayaan tumbuh lebih dari 20%. Anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. ini juga optimistis menatap pasar di sisa tahun ini setelah penerbitan obligasi tersebut. Hal itu pun didukung kinerja BRI Finance yang sangat positif setidaknya hingga Mei 2022.
Di mana piutang pembiayaan perseroan mencapai Rp5,65 triliun atau naik 18% dari posisi Desember 2021. Komposisi pembiayaan konsumer mencapai 68% dari total portofolio. Persentase itu naik dari 59% pada Desember 2021. Kualitas aset pun sangat terjaga dengan rasio non performing financing (NPF) net tercatat sebesar 0,16% pada Mei 2022.
Total aset perseroan terus meningkat hingga mencapai Rp6,34 triliun pada Mei 2022. Hingga periode yang sama BRI Finance mampu membukukan pendapatan sebesar Rp327 miliar. Raihan itu meningkat 48,25% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp220 miliar. Sementara itu, laba bersih BRI Finance mencapai Rp25 miliar pada Mei 2022 atau melesat 126,41% dari periode yang sama tahun lalu yaitu Rp11 miliar. Hingga penghujung 2022, BRI Finance membidik pembiayaan baru Rp5 triliun, atau naik sekitar 35% dibandingkan dengan tahun lalu yang sebesar Rp3,7 triliun. Penerbitan obligasi ini pun merupakan salah satu strategi BRI Finance untuk menyeimbangkan komposisi long term dan short term funding. Yaitu sebagai upaya guna mendukung inisiatif perusahaan untuk fokus ke pembiayaan konsumer yang memiliki karakteristik tenor panjang dan suku bunga tetap. Hal itu untuk mendorong perseroan menjadi leading multifinance dengan total aset di atas Rp10 triliun pada 2024.
No Comments