BRIEF.id – Di balik kesibukan lini produksi, banyak kawasan industri masih menyimpan titik rawan yang luput dari pengawasan. Sudut gudang, jalur logistik, area parkir internal, hingga jalur darurat sering menjadi blind spot yang berpotensi menimbulkan kerugian besar saat insiden terjadi.
Nawakara, sebagai penyedia solusi keamanan terintegrasi, mendorong pelaku industri untuk mengevaluasi ulang efektivitas sistem keamanan mereka. “Tantangan keamanan di sektor manufaktur kini tidak lagi soal jumlah personel atau CCTV. Tantangannya adalah: apakah semua sistem itu terintegrasi dan mampu mendeteksi pengamanan lebih awal, dan mampu memberi peringatan sebelum risiko berubah menjadi insiden.
Beberapa insiden di kawasan industri manufaktur, dalam dua tahun terakhir menggarisbawahi lemahnya pengawasan di area tidak aktif. Pada 2024, pencurian sepeda motor oleh karyawan terjadi di area parkir internal pabrik garmen di Lamongan. Pada 2025, seorang buruh pabrik pengolahan kayu di Lampung tewas terseret mesin akibat minimnya sistem pengamanan aktif. Keduanya mencerminkan sistem keamanan yang masih reaktif dan tidak terintegrasi.
Dalam banyak kasus yang kami temui, insiden tidak terjadi di area utama produksi, tapi justru di tempat yang tidak pernah dianggap berisiko, seperti di balik gudang, lorong sempit, atau jalur servis. Di situlah sistem keamanan konvensional sering gagal membaca situasi.
Masalah ini bukan hanya berisiko terhadap keselamatan kerja, tetapi juga berpotensi menyebabkan kegagalan dalam audit SMK3, ISO 45001, dan ISO 22301.
Satria Djaya Najamuddin, Deputy CEO dan Transformation menjelaskan: “Nawakara sebagai perusahaan jasa keamanan akan memastikan setiap langkah pengamanan yang harus dilakukan mulai dari Risk Assessment, motode sistem pengamanan hingga keamanan fisik yang sudah terlatih dan tersertifikasi sudah terintegrasi secara bersamaan,” jelasnya.
Menghadapi tantangan tersebut, Nawakara menghadirkan solusi keamanan yang menyatu dan menyeluruh, seperti: Digital Patrol System (Petugas dilengkapi sistem berbasis QR dan GPS untuk patroli yang bisa diaudit secara digital dan real-time), Smart CCTV berbasis AI (Kamera dengan analitik perilaku mendeteksi aktivitas abnormal seperti keberadaan di area sepi, pergerakan di luar jam kerja, atau akses tidak sah), Access Control & Visitor Management (Sistem akses berbasis biometrik atau kartu identitas yang terintegrasi dengan dashboard keamanan internal) dan Audit & Pelatihan Berkala (Audit menyeluruh dan pelatihan tanggap darurat rutin bagi karyawan untuk memperkuat kesiapan menghadapi risiko).
“Solusi ini tidak hanya mengurangi kecelakaan namun dapat menjaga keamanan yang terkelola baik terbukti mendorong produktivitas dan loyalitas karyawan. “Pekerja akan merasa aman jika tahu mereka diawasi bukan untuk dicurigai, tapi untuk dilindungi. Dan pemilik bisnis akan tenang ketika tahu sistemnya bisa mendeteksi masalah sebelum berkembang,” tambah Satria Djaya.
Sering kali, keamanan dianggap cukup hanya karena “sudah ada sistemnya.” Padahal, sistem yang tak berfungsi efektif di lapangan justru membuka peluang risiko.
Nawakara percaya, sistem keamanan yang baik tak hanya menutup celah, tapi juga memungkinkan pertumbuhan industri yang stabil. Nawakara membantu klien dari audit awal, pemetaan titik rawan, hingga implementasi sistem yang terbukti tangguh dalam situasi nyata.
“Jika Anda ingin memastikan operasional bebas dari risiko tersembunyi atau sedang mempersiapkan audit, Nawakara siap menjadi mitra strategis yang memahami kompleksitas keamanan industri Anda. Sebab, keamanan hari ini bukan lagi keunggulan tambahan melainkan kebutuhan utama,” tutup Satria Djaya. (*)