Mengungkap Rencana Besar Apple, Google, dan Open AI Tahun 2024

BRIEF.ID – Pada tahun 2024, perusahaan teknologi global terus berlomba merilis pembaruan kecerdasan buatan dan perangkat keras terbaru. Namun, sejumlah inovasi berbasis kecerdasan buatan yang lebih personal masih belum diungkapkan. Lantas, apa saja rencana perusahaan-perusahaan ini pada tahun 2025?

The Financial Times, Senin (23/12/2024), melaporkan, Meta akan menambahkan layar dalam produk kacamata pintarnya, Ray-Ban, pada Semester II-2025. Layar itu dapat menampilkan pemberitahuan dan respons dari robot percakapan atau chatbot Meta.

Kepala Teknologi Meta, Andrew Bosworth mengatakan, pengguna akan menikmati asisten kecerdasan buatan yang dipersonalisasi pada tahun 2025. Asisten ini tidak hanya menanggapi perintah, tetapi juga membantu pengguna sepanjang hari.

”Salah satu hal yang paling saya nantikan tahun 2025 adalah evolusi asisten kecerdasan buatan,” katanya.

Apple

Perusahaan raksasa teknologi lainnya, yakni Apple, dikabarkan bakal meluncurkan asisten kecerdasan buatan Siri yang juga lebih personal. Akan tetapi, waktu peluncuran belum jelas, apakah tahun 2025 atau 2026. Hanya saja, Business Insider baru-baru ini menuliskan bahwa Apple akan mengumumkan model bahasa besar atau large language model (LLM) Siri pada 2025.

Hal itu sejalan dengan pemberitaan Bloomberg pada November 2024 yang menuliskan, Apple mengumumkan peluncuran perangkat rumah pintar pada Maret 2025. Perangkat yang dimaksud diperkirakan menyerupai sabak yang dipasang di dinding dan dapat mengontrol peralatan, mengelola panggilan video, dan menggunakan teknologi kecerdasan buatan untuk mengakses aplikasi.

Selain itu, Apple dikabarkan bakal mengumumkan model Iphone Air yang ramping serta versi baru iPhone SE dengan harga lebih terjangkau dan mendukung Apple Intelligence.

Google

Dari sisi Google, Business Insider menuliskan, Google telah bermitra dengan Samsung dan Qualcomm. Kemitraan ini dalam rangka pengembangan proyek teknologi realitas campuran (mixed reality) yang akan dirilis pada platform komputasi spasial Android XR.

Proyek yang bakal dirilis pada 2025  menawarkan pengalaman pemakaian teknologi mixed reality dan asisten kecerdasan buatan milik Google, yaitu Gemini, secara terintegrasi.

Teknologi mixed reality adalah teknologi yang menggabungkan konsep augmented reality (teknologi yang memperoleh penggabungan secara langsung terhadap digital konten yang dibuat oleh komputer) dan virtual reality (teknologi yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan lingkungan virtual yang disimulasikan oleh komputer).

Dengan menggunakan teknologi mixed reality, pengguna bisa berinteraksi langsung dengan obyek virtual yang ada di dunia nyata. ”Dengan Gemini, pengguna dapat membuat rencana, meneliti topik, dan mempermudah mengerjakan tugas,” tulis Google.

Pada Rabu (11/12/2024), Google telah merilis Gemini 2.0 yang memiliki kemampuan memecahkan masalah lebih kompleks meski input tugas yang dimasukkan manusia terbatas. CEO Google Sundar Pichai, dalam blog perusahaan, mengatakan, sepanjang tahun 2023, Google telah berinvestasi membangun lebih banyak model kecerdasan buatan yang diharapkan bisa lebih memahami dunia di sekitar manusia.

”Kami telah berinvestasi dalam mengembangkan lebih banyak model agen, yang memungkinkan dapat lebih memahami dunia di sekitar Anda, berpikir beberapa langkah ke depan, dan mengambil tindakan atas nama Anda serta tentunya dengan pengawasan Anda,” tulis Pichai dikutip dari Kompas.id, Jumat (27/12/2024).

Pengguna sudah bisa menguji kemampuan Gemini 2.0, termasuk fitur Deep Research, di sistem mesin pencari Google. Gemini lantas akan menjelajahi laman untuk mencari informasi tentang suatu topik dan memberikan laporan yang mudah dibaca. Google menyebut fitur Deep Research akan tersedia bagi pelanggan Gemini Advanced.

OpenAI

OpenAI telah mengerjakan inovasi chatbot GPT-5 selama lebih dari satu setengah tahun, tetapi wujud modelnya telah ditunda. Tidak jelas kapan tepatnya akan diluncurkan. Banyak khalayak memprediksi, inovasi itu bakal dirilis pada tahun 2025.

Model GPT-5 diharapkan memiliki kemampuan yang mengesankan yang melampaui kekuatan GPT-4, seperti mampu menyelesaikan tugas multilangkah dan bekerja dengan audio, video, dan teks.

Pada Jumat (20/12/2024), OpenAI sudah selesai menyelenggarakan pameran produknya yang bertajuk ”12 Days of Shipmas”. Di dalam pameran pemasaran, OpenAI menjabarkan aneka fitur, produk, dan demo baru, termasuk Sora. Sora merupakan model kecerdasan buatan yang bisa membuat video berdasarkan instruksi.

Mengutip CNBC, pameran ”12 Days of Shipmas” digelar karena OpenAI ingin mengejar pertumbuhan yang agresif. OpenAI harus bersaing dengan perusahaan rintisan ataupun raksasa teknologi lainnya supaya mendapatkan kue keuntungan dari pasar kecerdasan buatan generatif.

Meski demikian, menjelang tahun 2025, OpenAI dikabarkan tengah menghadapi banyak tantangan. Tantangan terbesar datang dari salah satu pendiri OpenAI, Elon Musk, yang memiliki perusahaan rintisan di bidang kecerdasan buatan bernama xAI dan memiliki pengaruh besar dalam pemerintahan Presiden Donald Trump.

Menanggapi fenomena itu, pengajar Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Firman Kurniawan, saat dihubungi pada Jumat (27/12/2024), di Jakarta, berpendapat, perusahaan-perusahaan teknologi besar sedang berusaha untuk mengakselerasi pertumbuhan bisnis mereka.

Sebelum ramai kecerdasan buatan, di antara mereka pernah mencoba mengembangkan metaverse. 

”Ekosistem dunia semakin terdigitalisasi, berbasis otomasi dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan. Para pengembang teknologi akan membawa perkembangan dunia ini ke arah serba teknologi kecerdasan buatan. Apabila asisten kecerdasan buatan masuk ke aplikasi pesan instan dan media sosial, seperti yang Meta kini lakukan, hal itu bertujuan agar masyarakat semakin akrab dengan teknologi kecerdasan buatan,” ujarnya.

Firman menilai, fenomena seperti itu membawa konsekuensi yang negatif bagi kehidupan pengguna. Misalnya, kegiatan komunikasi warga semakin mudah diketahui. Data pribadi pengguna kemungkinan semakin mudah tersedot untuk melatih model kecerdasan buatan.

Menghadapi situasi seperti itu, dia melanjutkan, Pemerintah Indonesia semestinya sudah menentukan arah kebijakan teknologi kecerdasan buatan. Tujuannya agar Indonesia tidak kembali menjadi negara pasar, kalah dengan kepentingan pengembang teknologi. (Kompas.id/nov)

Share post:

Subscribe

spot_imgspot_img

Popular

More like this
Related

Harga Emas Antam Akhir Pekan Turun Jadi Rp1.526.000 per Gram

BRIEF.ID - Harga emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam)...

D.O EXO Tampil Mempesona di Foto Promosi Film Secret: Untold Melody

BRIEF.ID - Doh Kyung Soo atau D.O EXO...

Akiko Iwasaki, Profesor Terbaik Bidang Imunologi

BRIEF.ID - Meski pandemi sudah dinyatakan berakhir, penelitian Akiko...