BRIEF.ID – Banyak tanya yang tidak terucap menyaksikan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Rabu (2/7/2025). Pada pembukaan perdagangan, IHSG berada di posisi 6.896 poin. Padahal, IHSG sempat menyentuh level tertinggi di posisi 6.905 poin.
Pelemahan IHSG bisa disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari dalam negeri (internal/domestik) maupun luar negeri (eksternal/global). Kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) bisa membuat investor global menarik dana dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Resesi atau perlambatan ekonomi global juga dapat menyebabkan kekhawatiran turunnya permintaan dan keuntungan perusahaan, sehingga IHSG bisa ikut turun.
Selain itu, konflik dagang yang melibatkan AS dan Tiongkok), perang Rusia-Ukraina, dan konflik di Timur Tengah juga menjadi faktor yang dapat menimbulkan ketidakpastian pasar.
Penurunan harga komoditas seperti minyak, batubara dan CPO berpotensi mempengaruhi kinerja saham emiten terkait dan berdampak pada IHSG.
Demikian juga fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS. Pelemahan Rupiah membuat biaya impor lebih mahal dan bisa menekan margin keuntungan perusahaan yang bergantung pada bahan impor.
Di sisi lain, faktor internal yang berpotensi mempengaruhi pergerakan IHSG adalah laporan keuangan yang mengecewakan dari perusahaan-perusahaan besar dapat menurunkan minat investor.
Bank Indonesia (BI) mencatat inflasi pada Juni 2025, masih terkendali dalam rentang 2,5 ± 1% (1,5–3,5%), sehingga memberi ruang bagi kebijakan moneter yang akomodatif. Sinergi BI–pemerintah melalui GNPIP mendorong harga pangan yang stabil. (nov)