BRIEF.ID – Maarif Institute secara bersamaan meluncurkan tiga buku yang berisi pemikiran Ahmad Syafii Maarif yang akrab disapa Buya Syafii di Bentara Budaya, Jakarta, Kamis (27/10/2022).
Tiga buku itu berjudul, “Bulir- bulir Refleksi Sang Mujahid” (Kompas, 2022), “Indonesia Jelang Satu Abad, Refleksi tentang Keumatan, Kebangsaan, dan Kemanusiaan” (Mizan, 2022), dan “Al-Quran untuk Tuhan atau untuk Manusia?” (Suara Muhammadiyah, 2022).
Acara peluncuran dan diskusi buku dihadiri Ketua Umum Pergerakan Indonesia untuk Semua Ade Armando, Budiman Tanuredjo (Wartawan Senior Kompas), Siti Musdah Mulia (Penulis Buku Ensiklopedia Muslimah Reformis), dan Putut Widjanarko (Dosen Universitas Paramadina). Bertindak sebagai moderator dalam acara ini, Moh. Shofan (Direktur Program Maarif Institute).
Direktur Eksekutif Maarif Institute, Abd. Rohim Ghazali mengapresiasi pemikiran-pemikiran kritis almarhum Buya Syafii, terkait isu-isu keislaman, kebangsaan, kemanusiaan, kebhinekaan, dan keadilan sosial.
Kumpulan tulisan Buya Syafii yang tercecer di media, baik di Kompas maupun di Republika, lanjut Rohim, kini sudah bisa dibaca secara utuh karena sudah diterbitkan dalam bentuk buku. “Produktivitas pemikiran-pemikiran Buya Syafii sangat diperlukan untuk memperkaya khazanah pemikiran Islam Indonesia,” kata dia.
Buya Syafii dikenal sebagai sosok yang berani mengungkapkan pendapat secara kritis, objektif, dan jernih. Buya berempati kepada orang-orang yang mengalami penindasan. Itu terlihat ketika Buya dengan berani tanpa rasa takut menyebut Ahok tidak menghina Al Quran, khususnya Surat Al-Maidah 51.
“Meskipun Buya Syafii tidak menulis hal-hal yang lebih spesifik tentang isu-isu kesetaraan dan keadilan gender, isu feminisme, bagi saya cukup dua hal. Buya tidak melakukan poligami dan tidak melakukan kekerasan terhadap perempuan, baik di ruang domestic maupun ruang publik” kata Penulis Buku Ensiklopedia Muslimah Reformis), Siti Musdah Mulia.
Sementara itu, Ade Armando memaparkan bahwa peluncuran buku ini menjadi penting dalam rangka mensosialisasikan dan melanjutkan pemikiran Buya Syafii Maarif dalam konteks keindonesiaan. Buku yang memuat isu-isu keislaman, kebangsaan, kemanusiaan, dan juga pengalaman bangsa Indonesia sebagai sebuah bangsa patut untuk dijadikan bahan refleksi.
“Semoga buku ini bisa menyebarkan pemikiran Islam yang inklusif, toleran, moderat serta berpihak pada kemanusiaan, kenegaraan serta keindonesiaan, utamanya di kalangan anak-anak muda millenial,” ujar Ade.
No Comments