BRIEF.ID – Dewan Pembina Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) Luky Agung Yusgiantoro mengatakan, transisi energi dari berbasis fosil menuju ke energi baru terbarukan (EBT) merupakan suatu keniscayaan, yang bakal dialami seluruh elemen bangsa.
Berbagai negara di dunia, kini aktif melakukan transisi energi dari penggunaan sumber energi berbasis fosil dan tidak ramah lingkungan, menjadi penggunaan energi bersih dan ramah lingkungan seperti panel surya, air, panas bumi, dan angin.
“Di dunia ini, beberapa kali terjadi transisi energi. Dan, transisi ini adalah sesuatu yang harus kita hadapi bersama, karena suatu keniscayaan, yaitu dari energi fosil ke energi baru terbarukan,” kata Luky pada acara The Energy Insight (The Ensight) bertajuk “No One Left Behind: GESI dalam Transisi Energi” di Gedung PYC, Jalan Wijaya IX/12, Jakarta Selatan, Sabtu (27/4/2024).
Luky yang juga menjabat tenaga ahli lingkungan Kepala SKK Migas mengungkapkan, siapa pun tidak terelakkan dari proses transisi energi.
Secara perlahan minyak bumi dan batubara mulai diganti posisinya dengan energi lebih bersih, seperti panas bumi, tenaga surya, dan sumber energi bersih lainnya. Ditambah lagi semakin berkembangnya penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai yang menekan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) untuk transportasi.
“Transisi energi tidak hanya suatu pengetahuan di level elite, yaitu masyarakat berpendidikan tinggi, juga di level bawah. Sebuah keniscayaan juga bahwa negara kita adalah negara kepulauan yang besar. Itu menjadi tantangan kita bersama,” kata Luky.
Laporan Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA) menyebutkan, untuk melaksanakan transisi energi, ASEAN membutuhkan pembiayaan sebesar US$ 29,4 triliun pada 2050 mendatang, dengan skenario peningkatan suhu maksimal 1,5 derajat celcius dan 100% energi terbarukan.
Investasi itu dialokasikan untuk ketenagalistrikan melalui pengembangan solar PV, pembangkit listrik tenaga air, dan energi terbarukan lainnya. Sementara itu, jaringan dan fleksibilitas melalui transmisi nasional dan internasional, distribusi, dan penyimpanan.
Selanjutnya, pembiayaan untuk pasokan biofuel serta kendaraan dan pengisian baterai kendaraan listrik. Selain itu juga mempertimbangkan perspektif pembiayaan yang lebih luas, meliputi biaya bahan bakar, operasional, dan pemeliharaan.
No Comments