BRIEF.ID – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengintensifkan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) untuk memaksimalkan penyemaian sehingga dapat mengurangi risiko bencana hidrometeorologi akibat cuaca ekstrem di wilayah barat dan utara Jakarta.
Pelaksanaan OMC yang digelar di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, hingga 6 Februari 2025 dilakukan sesuai pertimbangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terkait intensitas curah hujan tinggi di sebagian besar wilayah DKI Jakarta.
Ketua Sub Kelompok Logistik dan Peralatan BPBD DKI Jakarta sekaligus Juru Bicara OMC BPBD DKI Jakarta Tahun 2025, Michael Sitanggang mengungkapkan, pelaksanaan OMC yang dilaksanakan pada dasarian pertama Februari 2025 sebagai upaya untuk mengurangi risiko bencana akibat cuaca ekstrem.
Disebutkan, selama OMC dilakukan penyemaian atau tabur garam di sekitar Barat – Barat DKI Jakarta hingga Kepulauan Seribu dengan ketinggian sekitar 8.000 – 10.000 kaki serta membawa garam seberat 800 kg.
“Potensi-potensi munculnya hujan dari skala sedang hingga lebat harus menjadi perhatian agar dapat mengurangi resiko bencana” kata Michael di Jakarta, Minggu (2/2/2025).
BPBD DKI Jakarta juga berkolaborasi dengan TNI Angkatan Udara, BMKG, dan Rekayasa Atmosfer Indonesia (RAI).
Ia menambahkan meskipun cuaca di Jakarta terbilang ringan, potensi bencana akibat curah hujan yang meningkat tetap menjadi perhatian.
Berdasarkan pantauan BMKG, sebaran hujan cenderung ringan hingga sedang, dengan arah angin dari barat laut. Diprediksi curah hujan ringan yang terjadi di wilayah Jakarta akan berlangsung hingga 4 Februari 2025.
Dikutip dari Antara, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Tata Kelola Modifikasi Cuaca BMKG, Budi Harsoyo menyatakan, berdasarkan hasil analisis mengindikasikan peningkatan curah hujan yang signifikan di wilayah Jawa.
Hal ini karena terjadi peningkatan kelembaban udara di Indonesia akibat dari penguatan Monsun Asia serta fenomena seruakan dingin (cold surge) yang teridentifikasi berada pada kategori signifikan dan pengaruh dari fenomena La Nina.
“Untuk wilayah tropis, fenomena La Nina yang berstatus lemah cenderung meningkatkan curah hujan,” katanya.
Selain itu, fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) yang hari ini aktif di wilayah barat Indonesia, bersama gelombang atmosfer ekuator lainnya seperti Rossby Ekuator dan Kelvin mendukung pembentukan awan konvektif yang berpotensi memicu hujan lebat.
Kemudian pola sirkulasi siklonik yang terdeteksi di beberapa lokasi, seperti Selat Karimata, Laut Halmahera, Laut Arafuru hingga Samudra Hindia selatan Jawa juga memperbesar peluang curah hujan tinggi di wilayah tersebut.
“Sehingga curah hujan yang tinggi dan ekstrem di beberapa wilayah Jawa, termasuk DKI Jakarta perlu diperhatikan, terutama dalam penentuan titik-titik penyemaian,” katanya.
Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan OMC, Kasi Opslat Lanud Halim Perdanakusuma Mayor Ari Firmansyah menyatakan, siap mendukung penuh dalam operasional penerbangan.
“Kami dari Lanud Halim siap mendukung kebutuhan pelaksanaan OMC serta memastikan pesawat dalam kondisi baik dan siap terbang untuk mendukung jalannya operasi,” ujarnya. (nov)