BRIEF.ID – Pada tahun 2023, Indonesia didapuk memegang Keketuaan ASEAN bertema “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth.” Tema ini bermakna bahwa Indonesia ingin menjadikan ASEAN tetap penting dan relevan bagi masyarakat ASEAN dan dunia. KTT ke-42 ASEAN yang akan dihadiri para pemimpin negara-negara ASEAN akan digelar di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), pada 9-11 Mei 2023.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah berada di Labuan Bajo untuk memastikan kesuksesan penyelenggaraan pertemuan antarbangsa yang prestisius itu.
Indonesia bertekad ingin membawa ASEAN menjadi kawasan yang memiliki peran penting, bagi negara kawasan dan dunia. Berperan sentral sebagai motor perdamaian maupun kesejahteraan kawasan. Selain itu, Indonesia juga ingin menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan dan dunia.
ASEAN adalah singkatan dari The Association of Southeast Asian Nations atau Perhimpunan Bangsa-bangsa di Asia Tenggara, yang dibentuk pada 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand. Terdapat lima negara pendiri ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Dan, pada setiap 8 Agustus, diperingati sebagai Hari ASEAN atau ASEAN Day.
Seiring dengan dampak positif yang dirasakan dari perhimpunan ini, hingga tahun 2022, anggota ASEAN bertambah enam negara lainnya menjadi total 11 negara anggota. Enam negara dimaksud adalah Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, Kamboja, dan Timor Leste. Indonesia telah berperan menjadi Keketuaan ASEAN sebanyak tiga kali, yaitu pada tahun 1976, 2003, dan 2011. Keketuaan Indonesia telah menghasilkan capaian yang terbukti, dapat mendorong kemajuan negara-negara ASEAN.
Tahun ini, keketuaan Indonesia di ASEAN berlangsung disaat situasi dunia belum kondusif, yang ditandai beragam tantangan multidimensi. Dari aspek geopolitik, persaingan kekuatan besar terus menajam. Untuk itu, persaingan kekuatan besar perlu dikelola dengan baik agar potensi konflik terbuka dan perang baru tidak muncul. Hal yang sama juga berlaku untuk kawasan Indo-Pasifik, di mana Asia Tenggara berada di pusat dinamika yang sedang berlangsung.
Kawasan Stabil dan Damai
Keketuaan Indonesia di ASEAN berfokus untuk menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang stabil dan damai serta menjadi jangkar stabilitas dunia.
Untuk mencapai itu, ASEAN harus terus konsisten menjunjung tinggi norma-norma hukum internasional dan tidak menjadi proksi bagi siapa pun. ASEAN harus menjaga perdamaian internalnya di Asia Tenggara dan di kawasan Indo-Pasifik.
ASEAN juga harus menjadi kawasan yang bermartabat, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dan demokrasi. Semua itu hanya bisa terjadi jika ASEAN terus memperkuat sentralitasnya.
Pada tahun 2023, Indonesia juga akan fokus memperkuat ASEAN menjadi kawasan ekonomi yang tumbuh cepat, inklusif, dan berkelanjutan. ASEAN harus membangun arsitektur kesehatan kawasan yang kokoh, menjaga ketahanan pangan dan energi, serta menjaga stabilitas keuangan.
Sebagai Ketua, Indonesia bertekad memperkuat kapasitas dan efektivitas kelembagaan ASEAN agar mampu menjawab tantangan 20 tahun ke depan. Indonesia bertekad mengawal menuju ASEAN 2045, yang lebih adaptif, responsif, dan kompetitif. Semua itu harus diperjuangkan dengan cara “ASEAN Way” yang sejalan dengan semangat kerja sama dan implementasi penuh prinsip dalam Piagam ASEAN.
Indonesia bertujuan agar ASEAN tetap penting dan relevan, untuk menjadikan “ASEAN Matters”. Menjadi ASEAN yang penting dan relevan bagi masyarakatnya, serta bagi kawasan Indo-Pasifik dan dunia.
Tiga Pilar Prioritas
Indonesia ingin membawa ASEAN menjadi kawasan yang memiliki peran penting, bagi negara kawasan dan dunia. Baik berperan sentral sebagai motor perdamaian maupun kesejahteraan kawasan. Selain itu, Indonesia juga ingin menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan dan dunia.
Indonesia siap mewujudkan 3 Pilar Priorities Economic Deliverables. Pertama, Recover-Rebuilding. ASEAN bertujuan untuk mengeksplorasi Policy Mix yang terkalibrasi, direncanakan dan dikomunikasikan dengan baik untuk memastikan pemulihan dan pertumbuhan ekonomi, serta memitigasi risiko seperti inflasi dan volatilitas aliran modal.
Kedua, Digital Economy. Untuk memperkuat inklusi keuangan dan literasi digital, negara anggota ASEAN perlu meningkatkan kapasitas masing-masing dalam memformulasikan strategi edukasi finansial secara nasional dan meningkatkan interkonektivitas sistem pembayaran regional.
Ketiga, Sustainability. Sebagai kawasan yang paling terdampak bencana alam dan risiko terkait iklim, ASEAN perlu merapatkan barisan guna mempersiapkan dan mengarah ke tujuan yang sama dalam kaitan transisi menuju ekonomi hijau, di antaranya melalui penyusunan ASEAN Taxonomy on Sustainable Finance dan Study on the Role of Central Banks in Managing Climate and Environment-Related Risk.
Itulah tadi, pembahasan singkat mengenai Keketuan ASEAN 2023. Masih banyak hal yang akan kita bahas tentang Keketuaan ini. Mari terus mendukung kesuksesan Keketuan Indonesia di ASEAN 2023. (Novy Lumanauw – berbagai sumber)
No Comments