BRIEF.ID – Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) menggandeng Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Lee Kuan Yew School of Public Policy (LKYSPP) Singapura, dan National University of Singapore (NUS) menyelenggarakan Kursus Pemantapan Pimpinan Daerah (KPPD) Angkatan II Tahun 2025 bagi para wali kota dan bupati, di Jakarta dan Singapura.
“KPPD menghadirkan wawasan teknokratis dan membuka ruang dialog strategis antara pemimpin daerah di Indonesia dan jajaran pemimpin di Singapura,” kata Chairperson PYC, Filda Citra Yusgiantoro melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, pada Rabu (19/11/2025).
Filda mengatakan, KPPD yang diikuti sebanyak 25 bupati dan wali kota dari sejumlah provinsi, Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Lampung, Jambi, Bengkulu, Sumatera Barat, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, NTT, NTB, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Papua Pegunungan, dan Maluku Utara, bertujuan untuk memperkuat kapasitas kepemimpinan, tata kelola daerah, pengelolaan layanan publik, digitalisasi perencanaan kota, dan pembangunan berkelanjutan.
PYC, lanjut Filda, telah berkomitmen untuk terus memperkuat kapasitas kepemimpinan dan tata kelola daerah, serta menjadi jembatan pengetahuan serta kolaborasi internasional bagi pemerintah daerah.
“Kami optimistis melalui program KPPD, para kepala daerah pulang dengan membawa perspektif baru yang dapat diterjemahkan sebagai kebijakan dan inovasi bermanfaat bagi masyarakat,” jelas Filda.
Disebutkan, program KPPD merupakan bagian dari rangkaian KPPD Tahun 2025, yang dibuka penyelenggaraannya oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian di Jakarta, pada 5 November 2025. Kegiatan itu dilanjutkan dengan kursus secara mendalam selama 7 hari di Singapura, dan ditutup di Jakarta.
“PYC berperan aktif dalam mengkoordinasikan para delegasi, mempersiapkan agenda kegiatan, dan diplomasi program selama berada di Singapura. Kami mengapresiasi peran pihak-pihak terkait dalam mengimplementasikan Sesi Kelas dan Kunjungan Lapangan di Singapura,” ujarnya.
Disebutkan, selama berada di Singapura, para peserta dididik tentang praktik tata kelola dan pelayanan publik berstandar global di TuasOne Waste-to-Energy Plant, Punggol New Town, ST Engineering InnoSuite, ITE College East, Singapore City Gallery, dan Marina Barrage.
Selain itu, mereka juga mendengarkan langsung pemaparan tentang reformasi pendidikan, transformasi kesehatan, inovasi digital, dan tata kelola kota, yang disampaikan para pakar dan praktisi senior pemerintah Singapura.
“Para profesor dan praktisi berbagi teori dan pengalaman tentang kebijakan yang diterapkan di Singapura. Lee Kuan Yew School of Public Policy menyiapkan kurikulum, sesi diskusi, hingga refleksi, sehingga para peserta dapat memahami konteks kebijakan secara utuh dan menerapkannya di daerah masing-masing,” jelas Filda.
Dijelaskan, salah satu agenda menarik adalah sesi Closing Dialogue bersama Coordinating Minister for Public Services dan Minister for Defence, Chan Chun Sing, yang memaparkan tentang pentingnya kepemimpinan adaptif, ketahanan institusi, serta profesionalisme birokrasi dalam menjawab berbagai tantangan global dan lokal yang semakin kompleks.
Para peserta juga berkesempatan menghadiri jamuan makan malam bersama Emeritus Senior Minister (ESM) Goh Chok Tong di The Halia, Singapore Botanic Gardens.
“Emeritus Senior Minister Goh Chok Tong berbagi pandangan mengenai hubungan Indonesia–Singapura, pembangunan ekonomi wilayah, dan nilai fundamental kepemimpinan berorientasi jangka Panjang,” ujar Filda.
Penutupan kegiatan dilakukan Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto, yang ditandai pemaparan Bupati Pringsewu Riyanto Pamungkas tentang “Transformasi Ekonomi Lokal melalui Hilirisasi Mocaf sebagai Model Ketahanan Pangan dan Daya Saing Daerah.” Selain itu, pemaparan juga dilakukan Wali Kota Bengkulu Dedy Wahyudi tentang Twin Sister by History: Bengkulu & Singapura, Jejak Sejarah Kolonial yang Menghubungkan Dua Wilayah” serta Wali Kota Ambon Bodewin M. Wattimena yang memaparkan makalah bertajuk “Pembangunan Material Recovery Facility (MRF) dan Pengelolahan Sampah Terpadu dengan Teknologi Refuse Derived Fuel (RDF) dalam Rangka Mewujudkan Kota Ambon yang Ramah Lingkungan.” (nov)


