BRIEF.ID – Kombes Arsal Sahban mengungkap ancaman baru gangguan stabilitas keuangan negara, yang dinilai tidak lagi berasal dari kejahatan konvensional semata.
“Di balik kemajuan teknologi lahir sebuah bentuk kejahatan baru yang bergerak cepat, lintas negara, tanpa wajah, dan langsung menembus sistem keuangan,” kata Arsal pada Pendidikan Sespimti Polri Dikreg 34 Gelombang 2 Tahun 2025 di Lembang, Bandung, Jawa Barat, Rabu (17/12/2025).
Pemikiran itu juga mengantarkan Arsal meraih predikat lulusan terbaik bidang Sanyata Sumanasa Wira Aksara, karena dinilai menawarkan gagasan baru, penting, dan belum pernah diangkat dalam Nastrap maupun karya ilmiah sebelumnya, terkati strategi Polri mengatasi dampak negatif teknologi blockchain dalam menjaga stabilitas keuangan negara.
Arsal menyatakan, fenomena kejahatan model baru itu tidak lagi sekadar masuk kategori cyber crime, melainkan telah berkembang menjadi cyber dependent financial crime.
Kejahatan itu memanfaatkan teknologi blockchain dalam melakukan peretasan, pencucian aset digital, dan pengalihan dana lintas yurisdiksi berkecepatan tinggi, nyaris tanpa jejak, serta sangat sulit diungkap menggunakan pendekatan dan teknologi konvensional.
“Kejahatan berbasis blockchain bukan hanya persoalan teknologi, tetapi ancaman langsung terhadap sistem keuangan negara. Karakternya sangat berbeda: lintas negara, multi-yurisdiksi, anonim, dan bergerak sangat cepat. Jika Polri tidak mengantisipasinya sejak dini, dampaknya bukan hanya pada penegakan hukum, tetapi juga pada stabilitas ekonomi nasional,” ujar dia.
Disebutkan, pendekatan penanganan kejahatan semacam ini tidak bisa lagi bersifat sektoral maupun reaktif.
“Polri harus membangun strategi yang adaptif, kolaboratif, dan berbasis pemahaman mendalam terkait teknologi blockchain. Ini bukan kejahatan masa depan, tapi kejahatan yang sudah terjadi hari ini,” tambahnya.
Kasespim Polri Irjen Pol Daniel Tahi Monang Silitonga mengatakan, penghargaan Nastrap sejalan dengan arah transformasi kepemimpinan Polri pada era digital.
“Saat ini, kita berada di persimpangan zaman, yang menuntut perubahan paradigma kepemimpinan secara mendasar. Realitas yang dihadapi institusi Polri adalah tantangan yang jauh lebih kompleks, disruptif, dan bernuansa digital. Berbeda dari era sebelumnya,” kata Kasespim.
Ia menilai, karya strategis seperti Nastrap terbaik menunjukkan bahwa calon pemimpin Polri ke depan tidak hanya dituntut mampu mengelola organisasi, tetapi juga memahami dinamika ancaman global yang berkembang sangat cepat.
Pendidikan Sespimti Polri Dikreg 34 Gelombang 2 diikuti 368 peserta didik, yang terdiri atas peserta Sespimti Polri Angkatan 34 Gelombang 2 sebanyak 60 peserta, Sespimmen Angkatan 65 Gelombang 2 (141 peserta), SPPK Angkatan 2 (63 peserta), dan Sespimma Angkatan 74 sebanyak 104 peserta. (nov)


