Jakarta, 15 September 2025 – Kinerja fundamental emiten bersandi BMRI, PSAB, dan ANTM hingga akhir tahun ini diproyeksikan moncer, sehingga saham ketiganya dinilai layak menjadi pilihan investor.
Rekomendasi tersebut diungkapkan praktisi pasar modal Edhi Pranasidhi dalam Premium Letter. Menurutnya, untuk PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) penempatan dana Deposito On Call (DOC) senilai Rp55 triliun rupiah dari pemerintah ke bank pelat merah tersebut dengan bunga 4,0% akan mengatrol kinerja.
“Ini akan membuat BMRI bekerja keras untuk mampu membayar bunga Rp2,2 triliun rupiah per tahun dengan menyalurkan kredit di saat daya beli melemah,” ujarnya.
Untuk perbankan di Indonesia, lanjut dia, net interest margin (NIM) yang sehat menurut standar Bank Indonesia yaitu berdasarkan Peraturan BI No. 13/1/PBI/2011 tentang Risk-Based Bank Rating, adalah minimal 5%.
Di mana nilai di atas 5% dianggap lebih baik karena menunjukkan rentabilitas yang kuat dan kemampuan bank untuk menutup biaya operasional. Juga mendukung pertumbuhan bisnis jangka panjang.
“Dengan berkaca pada peraturan BI, maka BMRI dan empat bank BUMN lain yang menerima DOC tampaknya harus menyalurkan kredit dengan bunga diatas 9%. Kondisi ini tentunya akan mewajibkan penerima kredit untuk generate petumbuhan laba sebelum pajak dan bunga bank (EBIT) harus dua atau tiga kali lipat dari bunga pinjaman,” tuturnya.
Adapun PT. J Resources Asia Pasifik Tbk. (PSAB) kata dia, diperkirakan akan mencatatkan laba bersih untuk setahun penuh 2025 naik 400% menjadi Rp765 miliar. Sedangkan tahun lalu laba bersihnya Rp153 miliar.
“Hal ini didorong oleh kenaikan penjualan yang diperkirakan akan menyentuh angka Rp4,5 triliun atau naik 17% dari Rp3,83 triliun. PSAB saat ini diperdagangkan pada rasio P/E sebanyak 19X EPS dengan target harga di level Rp760,” ujarnya.
Sedangkan saham PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk. (ANTM) laba bersihnya tahun ini diperkirakan akan naik 136% menjadi Rp8,5 triliun. Sedangkan tahun lalu Rp3,65 triliun. Optimisme Edhi tersebut didorong oleh kenaikan pendapatan yang diproyeksikan mencapai Rp105 triliun rupiah atau naik 52% dari Rp69 triliun pada tahun sebelumnya.
“Pendapatan ANTM dari divisi emas diperkirakan akan berkontribusi lebih dari 85% terhadap pendapatan total ANTM. Perlu diingat, harga emas dengan kondisi di AS (Amerika Serikat) dan dunia saat ini di akhir tahun bisa US$3.700 per ons dan US$4.000 per ons pada semester pertama tahun depan,” ungkapnya. (lsw)