BRIEF.ID – Pemimpin umat katolik, Paus Leo XIV dalam khotbah Natal di Urbi et Orbi memperbarui seruannya bagi terwujudnya perdamaian dunia. Ia secara khusus menyatakan bahwa perdamaian dunia adalah anugerah Tuhan dan tanggung jawab bersama umat manusia.
Paus Leo memperbarui seruannya tentang perdamaian, dialog, dan tanggung jawab di wilayah-wilayah, di mana kekerasan dan ketidakstabilan terus merenggut nyawa orang-orang yang tidak bersalah.
Ia secara khusus berdoa untuk “keadilan, perdamaian, dan stabilitas bagi Lebanon, Palestina, Israel, dan Suriah,” serta mendesak agar janji perdamaian yang berakar pada kebenaran diperbarui. Ia juga secara khusus memohon untuk Ukraina, meminta agar “suara senjata berhenti,” dan agar semua pihak yang terlibat, dengan dukungan komunitas internasional, menemukan keberanian agar terlibat dalam “dialog yang tulus, langsung, dan penuh hormat.”
Mengingat konflik yang berisiko dilupakan, Paus Leo XIV menyatakan kedekatannya kepada para korban perang dan kekerasan di Sudan, Sudan Selatan, Mali, Burkina Faso, dan Republik Demokratik Kongo, serta kepada semua orang yang menderita akibat ketidakadilan, ketidakstabilan politik, penganiayaan agama, dan terorisme.
Paus mendoakan Haiti, menyerukan diakhirinya kekerasan dan kemajuan di jalan perdamaian dan rekonsiliasi. Ia juga memohon perdamaian untuk Myanmar, meminta agar negara itu dibimbing menuju rekonsiliasi dan harapan, terutama untuk generasi mudanya. Beralih ke Amerika Latin, ia mendorong mereka yang memiliki tanggung jawab politik untuk memberi ruang bagi dialog demi kebaikan bersama, daripada perpecahan ideologis dan partisan.
Paus juga mendoakan pemulihan “persahabatan kuno” antara Thailand dan Kamboja, dan mempercayakan kepada Tuhan rakyat Asia Selatan dan Oseania, yang sangat terdampak bencana alam baru-baru ini, menyerukan komitmen yang diperbarui untuk membantu mereka yang menderita.
Makna Sejati Natal

Di tengah konflik ini, Paus Leo XIV mengingatkan kembali makna Natal, sesungguhnya dengan menyatakan bahwa “hari ini, kedamaian sejati telah turun kepada kita dari surga.” Mengutip Santo Leo Agung, ia menegaskan bahwa “kelahiran Yesus adalah kelahiran perdamaian.”
Merenungkan Kelahiran Yesus, Paus mengingatkan bahwa Yesus “lahir di kandang karena tidak ada tempat bagi-Nya di penginapan,” dan bahwa Putra Allah, “melalui siapa segala sesuatu diciptakan,” tidak diterima. “Karena kasih,” kata Paus, Kristus “menerima kemiskinan dan penolakan, mengidentifikasi Diri-Nya dengan mereka yang dibuang dan dikucilkan.”
Bahkan dalam kelahiran Yesus, Paus mencatat, “kita melihat sekilas keputusan mendasar yang akan membimbing seluruh hidup Putra Allah… keputusan untuk tidak meninggalkan kita di bawah beban dosa, tetapi untuk menanggungnya sendiri bagi kita.”
Pada saat yang sama, ia mengingatkan umat beriman bahwa perdamaian juga membutuhkan tanggung jawab manusia. Mengutip Santo Agustinus, ia berkata bahwa “Allah, yang menciptakan kita tanpa kita, tidak akan menyelamatkan kita tanpa kita,” menambahkan bahwa “tanggung jawab adalah jalan pasti menuju perdamaian.”
Kristus adalah perdamaian karena Ia membebaskan umat manusia dari dosa. Kristus, lanjut Paus, adalah perdamaian karena Ia membebaskan umat manusia dari dosa dan “menunjukkan kepada kita jalan untuk mengatasi konflik – semua konflik, baik antarpribadi maupun internasional.” Tanpa hati yang telah diampuni, ia memperingatkan, mustahil untuk menjadi “lelaki dan perempuan pembawa damai atau pembangun perdamaian.”
Paus Leo XIV mengingatkan bahwa, dalam menjadi manusia, Yesus “mengambil alih kerapuhan kita,” mengidentifikasi diri dengan mereka yang menderita saat ini: dengan penduduk Gaza, rakyat Yaman, pengungsi dan migran, pengangguran, pekerja yang dieksploitasi, dan tahanan yang sering hidup dalam kondisi tidak manusiawi. Karena alasan ini, ia memperingatkan terhadap sikap acuh tak acuh, mengingatkan dunia bahwa “Allah tidak acuh terhadap penderitaan kita.”
Saat Tahun Yubileum mendekati akhir dan Pintu-Pintu Suci bersiap untuk ditutup, Paus menyampaikan pesan harapan terakhir. “Kristus, harapan kita, tetap bersama kita selalu,” katanya, mengingatkan umat beriman bahwa Dia adalah “Pintu yang selalu terbuka,” yang datang bukan untuk menghukum tetapi untuk menyelamatkan. (VaticanNews/nov)


