Jakarta, 22 Februari 2022- Ketegangan antara antara Rusia dan Ukraina yang membawa risiko meletusnya perang dunia III semakin meningkat. Di tengah tensi politik yang meninggi tersebut, seberapa besar dampaknya terhadap perdagangan antara Indonesia dengan Rusia?
Pengamat Pasar Modal yang juga Founder Indonesia Superstocks Community Edhi Pranasidhi membeberkan nilai ekspor Indonesia ke Rusia pada 2021 sebesar US$1,49 miliar. Sementara itu, nilai impor Indonesia dari Rusia pada tahun lalu sekitar US$1,25 miliar.
Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia surplus sekitar US$240 juta pada 2021. Surplus perdagangan Indonesia-Rusia pada 2021 juga lebih tinggi belasan kali lipat dibandingkan surplus pada 2020 yang jumlahnya US$15,65 juta.
“Adapun surplus dagang dengan Rusia baru dialami Indonesia sejak pandemi Covid-19 berlangsung,” ujar Edhi.
Sebelumnya, pada 2019 neraca perdagangan Indonesia-Rusia defisit sebesar US$340,37 juta. Begitu pula pada 2018 dan 2017, dengan nilai defisit sebesar US$550,2 juta dan US$77,2 juta.
Komoditas ekspor utama Indonesia ke Rusia antara lain lemak dan minyak hewani atau nabati dengan nilai sebesar US$511 juta pada 2020. Diikuti kopi, teh, mate, dan rempah-rempah sebesar US$53,9 juta, serta alas kaki US$51,7 juta.
Di lain sisi komoditas impor dari Rusia ke Indonesia antara lain besi dan baja US$291,6 juta, pupuk US$210,6 juta, bahan bakar mineral US$182 juta, serta pesawat udara US$46 juta.
“Jadi jika perang benar terjadi, Indonesia seharusnya tidak akan terlalu dirugikan mengingat kecilnya nilai trade antar kedua negara jika dibandingkan antara Indonesia dan Tiongkok atau Indonesia dengan Amerika Serikat,” urai Edhi.
Seperti diketahui, Tiongkok menjadi mitra dagang utama terbesar Indonesia. Pada 2019, total perdagangan Indonesia dan Tiongkok mencapai US$ 72,8 miliar. Namun, neraca perdagangan dengan Negeri Panda ini mencetak defisit sebesar US$ 17 miliar.
Impor Indonesia dari negara ini mencapai US$ 44,9 miliar, sedangkan ekspornya hanya sebesar US$ 27,9 miliar. Sementara itu, Amerika Serikat (AS) yang baru-baru ini mencoret Indonesia dari daftar negara berkembang menjadi mitra keempat terbesar dengan total perdagangan US$ 27 miliar. Berlawanan dengan Tiongkok, kinerja perdagangan dengan AS mencetak surplus sebesar US$ 8,5 miliar. Nilai ekspor ke AS mencapai US$ 17,7 miliar, sedangkan impornya US$ 9,3 miliar.
Dalam perkembangan terbaru, harapan damai di Ukraina pupus membuat risiko perang meletus kembali tinggi. Konflik antara Rusia dan Ukraina semakin memanas setelah 2 tentara Ukraina tewas tertembak.
Untuk diketahui, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan mengakui daerah pemberontak yang memisahkan diri di timur Ukraina sebagai negara merdeka. Kedua daerah itu, Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk yang dideklarasikan sendiri adalah rumah bagi pemberontak yang didukung Rusia yang telah memerangi pasukan Ukraina sejak 2014.
Langkah Rusia kemungkinan akan mengakhiri pembicaraan damai di kawasan itu, yang telah berada di bawah gencatan senjata selama bertahun-tahun.
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) kembali menyerukan pandangannya terkait pentingnya upaya perdamaian untuk mengakhiri ketegangan Rusia – Ukraina. Jokowi menyatakan bahwa dirinya memiliki pandangan yang sama dengan Sekjen PBB Antonio Guterres soal penanganan krisis di Ukraina.
“Saya memiliki pandangan yang sama dengan Sekjen PBB Antonio Guterres bahwa penanganan krisis Ukraina harus dilakukan secara cermat agar bencana besar bagi umat manusia bisa dihindarkan,” kata Jokowi dikutip dari akun Twitternya, Selasa (22/2/2022).
Jokowi menambahkan bahwa upaya perdamaian harus cepat dan tidak bisa ditunda-tunda. Sebelumnya, Jokowi juga menyatakan ketegangan yang terjadi antara Rusia dan Ukraina harus segera dihentikan dan perang tidak boleh terjadi.
No Comments