BRIEF.ID – Petambak udang Indonesia berupaya mengalihkan sebagian besar produk ekspornya ke China, pascahadirnya tarif impor resiprokal sebesar 19% yang ditetapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Seperti diketahui, tarif tersebut berlaku mulai hari ini, Kamis (7/8/2025). Dikutip dari Reuters, AS merupakan pasar terbesar udang Indonesia. Dari total ekspor udang Tanah Air, sekitar 60%-nya di kirim ke negeri Paman Sam. Tahun lalu nilainya mencapai $1,68 miliar.
Ketua Asosiasi Petambak Udang Indonesia, Andi Tamsil memperkirakan tarif 19% dapat menyebabkan total ekspor anjlok 30% tahun ini, jika dibandingkan dengan raihan pada 2024.
“Ini membahayakan mata pencaharian satu juta pekerja,” kata Andi.
Senada Andi, Ketua Asosiasi Pengusaha Makanan Laut Budhi Wibowo mengatakan, sebagian besar pelanggan dari AS masih menunda pembelian udang mereka. Dia mencatat bahwa tarif baru ini merugikan Indonesia dibandingkan dengan Ekuador.
Adapun ekuador merupakan produsen udang budidaya terbesar dunia. Negara di Amerika Selatan itu terkena tarif impor Trump hanya sebesar 15%.
“Tiongkok adalah importir udang terbesar di dunia berdasarkan volume. Tetapi masyarakat Indonesia lebih memilih menjual ke AS karena mereka bisa mendapatkan harga yang lebih baik,” kata Budhi.
Sebelum hadirnya wacana dan pemberlakuan tarif impor Trump, negeri Tirai Bambu biasanya hanya membeli 2% dari total ekspor makanan laut Indonesia. Kini industri ini harus bekerja keras untuk mempromosikan produknya kepada pembeli Tiongkok.
Untuk membuka akses pasar yang lebih luas di China, pada bulan Juni lalu Andi melakukan perjalanan bersama delegasi perwakilan industri ke kota Guangzhou di Tiongkok Selatan. Di sana, rombongan asal Indonesia bertemu dengan para importir, pemilik restoran, dan platform agri-commerce.
Perjalanan selanjutnya pun direncanakan untuk menindaklanjutinya. Andi pun optimistis Indonesia dapat mengoptimalkan peluang di China.
“Kami memiliki peluang yang sangat besar di Tiongkok yang mengimpor sekitar 1 juta ton udang. Bayangkan jika kami bisa menguasai 20% saja pasar impor Tiongkok,” kata Andi.
Budhi pun memiliki optimisme yang sama. Bahkan menurutnya Indonesia juga dapat mendiversifikasi ekspor ke Timur Tengah, Korea Selatan, Taiwan, dan Uni Eropa. “Terlebih pemerintah hampir menandatangani perjanjian perdagangan bebas dengan Brussels,” ujarnya. (lsw)