BRIEF.ID – Pemerintah Hong Kong akan membentuk komite independen yang dipimpin seorang hakim untuk menentukan penyebab kebakaran mematikan di sebuah blok apartemen, yang mengguncang kota itu. Komite independent juga akan membuat rekomendasi untuk mencegah tragedi serupa terulang di kemudian hari.
Kepala Eksekutif Wilayah Tiongkok, John Lee berjanji akan mengatasi kepentingan pribadi dan membawa perubahan sistemik dalam industri konstruksi. Pihak kepolisian menyatakan bahwa jumlah korban tewas meningkat menjadi setidaknya 156 orang, setelah lebih banyak jenazah ditemukan. Dan, sekitar 30 lainnya masih hilang.
“Kita harus mengungkap kebenaran, memastikan keadilan ditegakkan, membiarkan almarhum beristirahat dengan tenang, dan memberikan penghiburan bagi yang masih hidup. Kita ingin memastikan bahwa kita akan mencegah tragedy seperti itu terulang,” ujar Lee kepada wartawan dalam konferensi pers mingguan di Hong Kong, Selasa (2/12/2025).
Kebakaran terjadi Rabu (26/11/2025) lalu di kompleks Pengadilan Wang Fuk di Distrik Tai Po dan menyebar ke tujuh dari delapan menara kompleks itu. Bangunan-bangunan tersebut dihuni oleh lebih dari 4.600 orang dan banyak yang kehilangan tempat tinggal.
Api diduga bermula dari perancah bambu dan jaring pelindung (netting) yang dipasang di luar gedung untuk renovasi. Jaring plastik dan busa insulasi yang mudah terbakar mempercepat penyebaran api ke banyak unit dan gedung lain.
“Sebanyak 40 orang yang terluka masih dirawat di rumah sakit,” kata Lee.
Hingga 3 Desember 2025, total korban tewas mencapai 156 orang. Sedikitnya 79 orang dilaporkan luka-luka, dan puluhan lainnya masih hilang atau belum teridentifikasi.
Sebagian besar penghuni gedung, lebih dari 4.000 orang terpaksa dievakuasi. Banyak dari mereka mengungsi ke shelter sementara, hotel, atau hunian transisional. Tragedi ini termasuk yang paling mematikan di Hong Kong dalam beberapa dekade.
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) melaporkan 108 dari sekitar 140 WNI penghuni kompleks tersebut selamat. Namun, 9 WNI tewas, dan 22 orang lainnya masih hilang dan belum ditemukan saat data terakhir.
Pemerintah Indonesia melalui KJRI Hong Kong telah membentuk tim koordinasi untuk pendataan korban, identifikasi jenazah, dan proses pemulangan jenazah ke Indonesia.
Saat ini, otoritas Hong Kong telah melakukan penangkapan terhadap belasan orang, termasuk kontraktor, konsultan teknis, dan pihak terkait renovasi dengan tuduhan pembunuhan tak disengaja (manslaughter) dan korupsi.
Penyebab utama kebakaran adalah penggunaan material renovasi yang mudah terbakar seperti jaring plastik, busa insulasi, dan perancah bambu, yang mendapat sorotan besar. Bahan-bahan itu dinilai gagal uji keselamatan dan memperparah dampak ketika api muncul. (apnews.com/nov)


