Jungkook BTS Mengaku Menderita ADHD Saat Siaran Live, Kenali Penyebab dan Gejalanya

BRIEF.ID – Jeon Jung-kook atau dikenal sebagai Jungkook BTS baru-baru ini membuat pengakuan mengejutkan tentang ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) yang dideritanya.

Pengakuan tersebut disampaikan Jungkook saat siaran live di Weverse, ketika berinteraksi dengan ARMY, nama untuk penggemar BTS. Awalnya siaran live berlangung santai.

Jungkook terlihat menanggapi obrolan penggemar sambil berjalan ke sana ke mari. Suasana obrolan berubah menjadi serius ketika Jungkook membaca dan menanggapi komentar seorang penggemar bahwa dia terlalu banyak bergerak.

Dengan tenang Jungkook menanggapi bahwa dirinya memang tidak bisa mengendalikannya karena menderita ADHD. “Saya tidak bisa menahannya. Saya ADHD orang dewasa, jadi saya terus bergerak seperti ini,” ujar Jungkook.

Pernyataan jujur Jungkook tersebut, mengejutkan sekaligus membuat banyak ARMY tersentuh. Pasalnya, tidak semua figur publik berani berbicara mengenai hal yang sering dianggap tabu.

ARMY pun memberikan apresiasi atas kejujuran Jungkook. Mereka bahkan menilai pengakuan terebut menunjukkan sisi keberanian yang jarang diperlihatkan selebriti.

Selain itu, banyak penggemar merasa semakin mengenal dan dekat dengan Jungkook, karena ia mampu membuka diri tanpa rasa malu.

Hal itu, justru mendorong banyak ARMY untuk membuka kekurangan mereka, termasuk sebagai pednerita ADHD, tanpa merasa bahwa hal itu adalah aib.

Beberapa di antaranya, mengaku bahwa pernyataan Junggkook membuat mereka merasa tak perlui bersembunyi atau menutupi, bahkan mengucilkan diri karena menderita ADHD.

“Terima kasih, @mnijungkook, telah membuatnya (ADHD) terlihat normal. Ini bukanlah sesuatu yang harus disembuhkan. Ini adalah sesuatu yang harus dipahami,” bunyi komentar penggemar.

ADHD adalah gangguan perkembangan pada otak yang menyebabkan penderitanya sulit berkonsentrasi, hiperaktif, serta munculnya perilaku impulsif.

Kondisi ini umumnya disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan gangguan pada fungsi otak yang berperan dalam mengatur perhatian, perilaku, serta kemampuan mengendalikan impuls. 

ADHD umumnya mulai muncul pada masa kanak-kanak (sekitar 3 tahun), namun dapat juga dialami orang dewasa. Sayangnya, ADHD pada orang dewasa kerap kali tidak disadari, sehingga tidak kunjung mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.

Penanganan yang terlambat pada ADHD dapat membuat kondisi ini terjadi secara berkepanjangan hingga akhirnya mengganggu aktivitas sehari-hari pengidapnya, bahkan orang-orang di sekitarnya.

Lalu apa sebenarnya ADHD pada orang dewasa? Berikut penyebab, gejala, dan cara mengatasi ADHD pada orang dewasa dalam ulasan berikut ini.

1. Penyebab ADHD pada Orang Dewasa

Hingga kini, belum diketahui secara pasti apa penyebab ADHD pada orang dewasa. Namun, terdapat dugaan bahwa faktor genetik dan lingkungan memiliki peran besar terhadap terjadinya ADHD pada orang dewasa.

Memiliki keluarga dengan riwayat ADHD atau penyakit mental lainnya dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi serupa.

Paparan perilaku impulsif atau hiperaktif dari orang-orang dan lingkungan sekitar, juga turut berpengaruh dalam perkembangan ADHD pada pengidap.

Selain itu, ADHD pada orang dewasa juga bisa terjadi karena kondisi ADHD di masa kecil yang tidak terdeteksi atau tidak mendapatkan penanganan yang tepat.

2. Gejala ADHD pada Orang Dewasa

Gejala ADHD pada orang dewasa cukup beragam. Namun, umumnya orang dengan ADHD akan menunjukkan perilaku-perilaku berikut ini.

– Tidak Terorganisir

Orang dewasa dengan ADHD cenderung kurang terorganisir. Sulit bagi mereka untuk menentukan prioritas serta sering menunda-nunda pekerjaan. Bahkan, terkadang pengidapnya kesulitan dalam memulai atau menyelesaikan pekerjaan tertentu, melupakan janji temu, dan kerap kehilangan barang.

 – Sulit Berkonsentrasi

Gejala ini sering kali disadari dan dikeluhkan oleh orang-orang yang berada di sekitar pengidap ADHD dewasa. Gejala ini sebenarnya tidak selalu muncul secara tiba-tiba, namun sering kali dipicu oleh pekerjaan yang menumpuk.

Hal ini membuat hal-hal detail yang seharusnya perlu diperhatikan justru diabaikan oleh pengidapnya. Akibatnya, pekerjaan menjadi terhambat dan hasilnya tidak sesuai harapan. Selain itu, penderita ADHD juga sering kehilangan fokus saat berbincang dengan orang lain.

– Mudah Cemas

ADHD pada orang dewasa sering kali juga menyebabkan pengidapnya mudah merasa cemas dan gelisah. Misalnya saat berada di tengah-tengah rapat, pengidap ADHD akan melakukan hal-hal lain untuk mengalihkan kecemasan dan kegelisahannya seperti memainkan handphone, menggigit kuku, menggerak-gerakkan kakinya, atau tidak tenang saat duduk.  

– Sulit Berhubungan dengan Orang Lain

Pengidap ADHD cenderung merasa kesulitan dalam menjalin hubungan baik dengan orang lain, baik dalam hubungan pertemanan maupun asmara. Hal ini dikarenakan pengidap ADHD mudah merasa bosan dan tampak tidak acuh atau tidak perhatian dengan orang di sekitarnya.

– Tak Bisa Mengontrol Emosi

Sebagian besar orang dewasa dengan ADHD cenderung tak bisa mengontrol emosinya, sehingga mudah marah dan frustasi. Selain itu, pengidap ADHD juga lebih mudah tersinggung saat menerima kritik dari orang lain.

3. Cara Mengatasi ADHD pada Orang Dewasa

Hal pertama yang perlu dilakukan untuk menghadapi ADHD adalah memiliki kesadaran terhadap gejala-gejala yang ditunjukkan. Dengan begitu, pengidap akan lebih mudah menerima kondisinya dan bersedia menjalani perawatan atau terapi dengan baik agar hasilnya optimal.

Beberapa perawatan atau terapi yang bisa dijalani oleh pasien ADHD adalah sebagai berikut:

– Tidur yang cukup, setidaknya 7–9 jam setiap malam agar lebih fokus dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

– Menerapkan pola hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang untuk mendapatkan cukup nutrisi, dan rutin berolahraga agar suasana hati menjadi lebih baik.

– Berlatih manajemen waktu untuk mengatasi agar tidak ada pekerjaan yang terbengkalai, karena pekerjaan yang menumpuk dapat menyebabkan kondisi ADHD memburuk.

– Menjalani terapi CBT (cognitive behavioral therapy). CBT adalah jenis psikoterapi yang biasanya ditujukan untuk pasien dengan gangguan ADHD. Terapi ini membantu pasien belajar mengubah pola pikir dan perilaku yang negatif.

– Mengonsumsi obat sesuai dengan anjuran dokter. Biasanya, dokter akan meresepkan obat-obatan stimulan untuk pasien ADHD agar dapat meningkatkan konsentrasi atau fokusnya. Selain itu, dokter juga dapat meresepkan obat-obatan lainnya untuk mengatasi gangguan mental lain yang mungkin juga dialami.

Perlu dipahami bahwa meskipun ADHD merupakan salah satu masalah kesehatan mental (mental health), namun penyebabnya juga bisa disebabkan faktor genetik dan paparan lingkungan sekitar.

Dengan demikian, ADHD pada orang dewasa bukan sebuah aib yang perlu ditutupi, tetapi harus dipahami dan ditangani tenaga medis profesional sesegera mungkin, agar tidak semakin parah dan berdampak pada kesehatan, hingga hubungan sosial pengidap atau penderita. (jea)

Share post:

Subscribe

spot_imgspot_img

Popular

More like this
Related

IHSG dan Kapitalisasi Pasar BEI Cetak Rekor Tertinggi Pekan Ini

BRIEF.ID - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Kapitalisasi...

Hadiri Sidang Umum PBB, Presiden Prabowo Bertolak ke New York

BRIEF.ID - Presiden Prabowo Subianto bertolak ke New York,...

Presiden Prabowo Pertimbangkan Menghadiri Sidang Umum PBB di New York

BRIEF.ID - Presiden Prabowo Subianto sedang mempertimbangkan untuk menghadiri...

Menkeu Tolak Pemberlakuan Kembali Tax Amnesty

BRIEF.ID - Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menolak...