BRIEF.ID – Senior Country Officer JP Morgan Indonesia Gioshia Ralie menilai interest rate (tingkat suku bunga yang ditetapkan saat sebuah bank memberikan pinjaman kepada nasabah) di Indonesia masih tinggi.
“Untuk tahun ini, kami melihat bahwa interest rate masih tinggi, dan interest rate yang tinggi tentunya mempunyai dampak terhadap business activity (aktivitas bisnis) di Indonesia,” kata Gioshia pada JP Morgan Media Breifing, di The Energy Building, Jakarta, Kamis (5/9/2024).
Disebutkan, interest rate yang tinggi, membuat korporasi lebih berhati-hati karena cost of doing business (uang yang dihabiskan saat perusahaan berusaha menghasilkan uang) cukup tinggi.
Pergerakan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah juga menjadi satu faktor, mengingat kalau nilai tukar rupiah menjadi terlalu lemah, maka korporasi akan berhati-hati.
“Jadi tahun ini, dengan adanya suku bunga yang tinggi, kita melihat corporates (korporasi-korporasi) di Indonesia itu lebih berhati-hati dalam menjalankan business-nya. Bukan berarti mereka tidak melakukan apa-apa, tetapi mereka lebih berhati-hati dalam berekspansi,” ujar dia.
Suku bunga yang tinggi memberikan dampak terhadap aktivitas pasar modal dalam sisi utang, karena menjadi lebih mahal. Hal ini membuat perusahaan-perusahaan di Indonesia lebih selektif memilih dalam mengambil pembiayaan utang (sources of debt) dari sektor perbankan, pasar modal, atau yang lainnya.
“Kita mengharapkan dengan suku bunga yang bisa menurun, diharapkan di akhir tahun ini dan memberikan dampak yang lebih baik di tahun 2025. Nah, yang kami harapkan adalah stability (stabilitas), karena kalau dengan adanya stability, perusahaan akan bisa lebih membuat planning (perencanaan) dan lebih mempunyai appetite (keinginan) untuk berekspansi,” kata Gioshia.
Hingga saat ini, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25%.
No Comments