BRIEF.ID – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak seluruh elemen bangsa menyelaraskan perasaan untuk menghadapi kegentingan global yang mengancam Indonesia.
Saat ini masih banyak anak bangsa yang belum memiliki perasaan sama bahwa seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia berada dalam kegentingan global.
“Kita merasa normal-normal saja, padahal keadaan semua negara, termasuk Indonesia itu berada pada kegentingan global,” kata Presiden Jokowi pada pembukaan Rapat Koordinasi Nasional dan Musyawarah Dewan Partai Bulan Bintang di Jakarta, Rabu (11/1/2023).
Hadir pada kesempatan itu, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo, Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Mardiono, Ketua DPD RI La Nyalla Mahmud Mattalitti, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Wakil Menteri ATR/BPN Raja Juli Antoni, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo, Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi, dan Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Isyana Bagoes Oka.
Rakornas Partai Bulan Bintang digelar dalam rangka konsolidasi menyeluruh kader menyusul lolosnya partai politik itu sebagai peserta Pemilu 2024 dengan Nomor Urut 13.
Ia menyebutkan, saat ini Indonesia diincar oleh ancaman dan risiko-risiko, seperti resesi global, resesi keuangan, krisis pangan, krisis energi, perang Ukraina vs Rusia, dan inflasi yang sangat tinggi.
Bahkan, pesan serupa tentang menyamakan perasaan juga disampaikan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) Kristalina Georgieva, pada awal tahun ini. Georgieva memprediksi bahwa sepertiga ekonomi dunia pada tahun 2023 akan mengalami resesi.
“Lah, kita ini masih merasa normal-normal saja, karena memang ekonomi kita masih sangat normal. Alhamdulillah, ini patut kita syukuri. Di Kuartal III 2022 kemarin masih di angka 5,72%, Kuartal IV baru dalam penghitungan. Nanti akhir bulan akan disampaikan berapa, masih sangat tinggi sekali,” jelas Presiden Jokowi.
Disebutkan, berdasarkan informasi yang didapatkan, saat ini ada 16 negara masuk menjadi pasien IMF. Indonesia pada tahun 1998 pernah menjadi pasiennya IMF karena ekonomi dan politik nya ambruk saat itu.
Selain itu, ada 36 negara yang antre ingin menjadi pasiennya IMF. Hal ini berarti, keadaannya ini sudah sangat tidak normal.
“Saya tidak menakut-nakuti, ini adalah angka-angka yang memang harus saya sampaikan apa adanya. Dan, ditambah akibat pandemi dan perang, setiap malam sekarang ini terhitung angkanya, terakhir yang saya terima, terdapat 825 juta orang tidur dalam kondisi kelaparan, 825 juta. Kenapa kita masih merasa biasa-biasa saja? Ya, karena pertumbuhan ekonomi kita masih tinggi sekali 5,72% dan itu kalau di G20 kita tertinggi,” kata dia.
No Comments