BRIEF.ID – Pengamat pasar modal yang juga Founder Indonesia Superstock Community, Edhi Pranasidhi mengungkapkan bahwa invasi Tiongkok terhadap Taiwan kini menjadi isu kompleks dan kontroversial. Invasi itu apabila terwujud akan berdampak sangat serius bagi perekonomian dunia, termasuk Indonesia.
“Kondisi pada hari-hari terakhir ini, tensi konflik antara Tiongkok dan Taiwan terlihat semakin memanas. Tiongkok semakin agresif menyatakan kesiapannya untuk berperang,” kata Edhi di Jakarta, Rabu (26/4/2023).
Ia memprediksi sejumlah kemungkinan dampak ekonomi terburuk yang dapat timbul jika Tiongkok menginvasi Taiwan. Disebutkan, invasi itu berpotensi menimbulkan terjadinya disrupsi di pasar keuangan global.
Sebab, invasi Tiongkok terhadap Taiwan akan memicu ketidakstabilan pasar keuangan global.
“Pasar keuangan internasional akan merespons dengan ketidakpastian yang dapat mengganggu perdagangan, investasi, dan aliran modal antar negara. Ini dapat mengakibatkan gejolak di pasar saham, pasar valuta asing, dan pasar obligasi, yang berdampak negatif pada ekonomi global secara keseluruhan,” jelas dia.
Selain itu, lanjut Edhi, gangguan rantai pasok global akan berlanjut. Apalagi Taiwan adalah salah satu pusat manufaktur dunia, terutama dalam produksi teknologi dan semikonduktor. Invasi Tiongkok dapat mengganggu rantai pasok global untuk banyak perusahaan multinasional yang bergantung pada teknologi dan komponen elektronik yang diproduksi di Taiwan.
“Gangguan ini dapat menyebabkan kelangkaan, peningkatan harga, atau bahkan pemutusan pasokan, yang dapat mengganggu produksi dan berdampak pada keberlanjutan bisnis di seluruh dunia,” kata dia.
Menurut Edhi, invasi juga akan berakibat hilangnya kepercayaan investor untuk jangka panjang, baik di dalam maupun di luar wilayah Tiongkok.
“Invasi Tiongkok terhadap Taiwan dapat menyebabkan ketidakpastian politik dan ekonomi yang signifikan di kawasan Asia-Pasifik. Hal ini dapat menghancurkan kepercayaan investor dalam jangka panjang, baik di dalam maupun di luar Tiongkok, yang dapat berdampak negatif pada investasi, perdagangan, dan pertumbuhan ekonomi regional dan global,” kata Edhi.
Lebih lanjut dikatakan, potensi adanya reaksi berupa sanksi internasional. Komunitas internasional, termasuk beberapa negara besar dan lembaga internasional, mungkin merespons invasi Tiongkok terhadap Taiwan dengan memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Tiongkok.
“Sanksi-sanksi ini dapat melibatkan pembatasan perdagangan, investasi, atau akses ke pasar keuangan internasional, yang dapat berdampak negatif pada perekonomian Tiongkok dan mempengaruhi stabilitas ekonomi global,”ujarnya.
Menurut Edhi, biaya rekonstruksi yang tinggi pasca invasi. Invasi dan konflik militer akan berdampak pada infrastruktur dan sumber daya ekonomi di Taiwan, sehingga memerlukan biaya besar untuk pemulihan dan rekonstruksi pasca konflik.
“Biaya ini akan menjadi beban ekonomi bagi Taiwan, Tiongkok, dan mungkin juga bagi negara-negara tetangga di kawasan itu. Pertanyaan paling penting adalah apakah Tiongkok dan komunitas global sudah siap dan mau menanggung semua risiko ekonomi jika invasi dilakukan?
Di sisi lain, bagaimana posisi Indonesia terhadap konflik antara Tiongkok dan Taiwan,” kata dia.
Dalam pandangan Edhi, Indonesia selalu mengambil jalan aman. Sikap Indonesia terhadap ketegangan yang meningkat antara Tiongkok dan Taiwan menunjukkan bahwa negeri ini masih bergantung pada Tiongkok.
“Dan, pastinya khawatir kehilangan mitra dagang terbesar dan yang paling dekat,” kata Edhi.
No Comments