BRIEF.ID – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), pada perdagangan Senin (14/4/2025) di Bursa Efek Indonesia (BEI) diperkirakan akan bergerak di rentang konsolidasi di tengah kebingungan investor global mencermati perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT).
Presiden AS Donald Trump, semalam membantah telah mengecualikan tarif impor untuk produk-produk telepon genggam (hp), komputer, dan microchip asal negeri Tirai Bambu. Namun, sejatinya, barang-barang impor itu sebetulnya tidak pernah terkena kenaikan tarif, yang sudah ditetapkan Presiden Trump alias tetap pada tarif impor sebesar 20%.
Disisi lain, Tiongkok secara tegas menyatakan tidak ada lagi pasar untuk barang-barang AS di Tiongkok. Sikap tegas ini menyusul pernyataan AS bahwa Tiongkok telah menaikkan tarif impor sebanyak 145% untuk barang-barang AS. Belum terlalu jelas juga apakah pernyataan-[ernyataan Pemerintah Tiongkok mengindikasikan bahwa negara itu sudah menutup pintu masuk untuk semua barang AS.
Yang mungkin harus kita cermati adalah apakah benar akan ada pertemuan antara Presiden Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping terkait masalah tarif, dalam beberapa waktu kedepan. Jika terjadi dan hasilnya pasti akan memuaskan kedua pihak, maka sentimen berinvestasi di pasar modal tentunya akan membaik.
Dari dalam negeri, IHSG pada perdagangan Jumat (11/4/2025) ditutup pada teritori positif setelah didorong oleh pembelian yang dilakukan pemodal lokal.
Pemodal asing saat itu membukukan aksi jual bersih senilai Rp 214 miliar rupiah dan sejak awal tahun ini dana yang keluar dari pasar saham Indonesia sebanyak Rp 35,86 triliun. Dapat disimpulkan bahwa investor belum merasa nyaman untuk berinvestasi di Indonesia karena masih melemahnya nilai tukar rupiah di tengah kurang jelasnya arah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto alam mengelola perekonomian nasional.
Fundamental IHSG
Secara fundamental, kapitalisasi Pasar adalah sebesar Rp 10.695 triliun vs Produk Domestik Bruto (PDB) Rp 23 ribu triliun (E).
Buffet Indicator: 46% dari PDB atau masih lebih murah dibandingkan rata-rata dunia disekitaran 73%.
PER: 12.58X vs 14.5X Dunia
Price to Book Value (PBV): 1.77X
2025 Economic Growth (E): 4.9%-5.2%.
TPL VERSION: 2025 earnings per index (E): 511; PER NOW: 12.2X vs average high PER of 15.2X.
IHSG TARGET ON HIGH AVERAGE PER: 15.2 X 511 = 7767 vs IHSG RECORD HIGH OF 7910 IN FEBRUARY.
IHSG ON LOW AVERAGE PER: 10.8 X 511 = 5518
MID RATE: 13 X 511 = 6643.
Investor disarankan tetap cerdas, bijak, dan tenang. Selain itu, investor diimbau untuk mengelola dana yang dimiliki secara baik. Jangan terlalu bersemangat, jangan pula dikekang rasa takut.
The Premium Letter (TPL) akan selalu bersama investor untuk memberikan Analisa pasar dan ekonomi makro paling komprehensif.
Rupiah, pada Senin (14/4/2025) diperdagangkan pada Rp 16.783 per satu dolar AS VS record low Rp 16.880.
Harga emas di pasar berjangka berada pada level US$ 3.222 per ons, naik sekitar 91% sejak awal tahun karena dipicu kekhawatiran bahwa resesi ekonomi secara global akan terjadi karena perang tarif.
Harga batubara untuk pengiriman Mei 2025 berada pada level US$ 99.00 per metrik ton vs US$ 99.60 pada Jumat.
Pada pukul 07.10 WIB : DOWFUT UP 167 PTS, S&PFUT DOWN 37 PTS, NASDAQFUT DOWN 215 PTS.
IHSG: berada di level SUPPORT: 6.178-6.161 dan resistance 6.328.
Secara siklikal, laporan keuangan banyak perusahaan untuk periode Januari-Maret 2025 atau Kuartal I-2025, kecuali untuk perusahaan yang berorientasi ekspor, tampaknya akan melemah karena rendahnya belanja apbn dan daya beli.
Saham Pilihan:
ANTM: 1.600-1900. Laba bersih ANTM untuk kuartal pertama tahun 2025 diperkirakan naik sekitar 400% ke sekitar Rp 1,2 triliun dari Rp 238,37 miliar di periode yang sama tahun lalu didorong peningkatan harga emas, keuntungan kurs dan kenaikan volume ekspor nikel.
Saat ini, saham ANTM diperdagangkan pada rasio P/E 8,45X EPS 2025 atau di bawah rata-arata rasio P/E selama lima tahun pada 12,2X. Pada 10X EPS 2025, ANTM seharusnya dihargai pada 2000 rupiah per saham.
TLKM: 2280-2440. Laba bersih TLKM untuk kuartal pertama tahun 2025 diperkirakan akan menyusut ke level Rp 5,8 triliun dari Rp 6,05 triliun pada kuartal yang sama tahun lalu, karena meningkatnya beban operasional dan kerugian kurs.
BRMS: 330-390. Laba bersih BRMS untuk kuartal pertama tahun ini diperkirakan akan naik sebanyak 90% ke level Rp 262 miliar didorong oleh kenaikan pendapatan akibat naiknya Harga emas yang selama tahun 2025 sudah naik sekitaran 91%.
Saham yang harus diperhatikan:
BMRI: 4800-5200 (EX DIV)
BBRI: 3550-3660 (FOLLOW THROUGH FRIDAY EX DIV)
DKFT: 189-290 (LABA BERSIH Q1 90B VS 15B 2024?)
UNVR: 1240-1360 (SHARE BUYBCAK PLAN?)
BBNI: 4300-4600 (CUM DIV 374 RUPIAH/SHARE DIVIDEND)
MNCN: 230-280 (TRADING AT 3.3X 2025 EPS; UNDERVALUED)
Penulis : Edhi Adhyanugraha Pranasidhi/ Capital Market Observer