BRIEF.ID – International Monetary Fund (IMF) menyatakan Turki merupakan salah satu negara dengan tingkat inflasi tertinggi di dunia, melampaui Zimbabwe, Argentina, Sudan, dan Venezuela.
Pada Senin (3/6/2024), Institut Statistik Turki (TSI) mengumumkan tingkat inflasi Turki mencapai 75,5% pada Mei 2024, dengan kenaikan tertinggi di sektor perumahan, pendidikan, dan restoran.
“Inflasi pada Mei 2024 mencapai 75,5%, meningkat tajam dari 69,8% pada April 2024, dan merupakan level tertinggi sejak November 2022,” bunyi pernyataan TSI, seperti dikutip Financial Times, Senin (3/6/2024).
Angka inflasi Turki yang mencapai 75,5% juga melampaui perkiraan ekonom yang mematok angka inflasi Turki sebesar 75% pada Mei 2024.
Meski demikian, Menteri Keuangan (Menkeu) Turki, Mehmet Şimşek, mengatakan negara tersebut telah mencapai puncak inflasi dan penurunan akan dimulai pada Juni 2024.
“Yang terburuk sudah berlalu! Kami sedang memasuki proses disinflasi. Penurunan inflasi secara permanen akan dimulai pada bulan Juni,” kata Şimşek, dalam cuitan di X.
Dia mengungkapkan, Pemerintah Turki akan mengurangi pengeluaran untuk membantu mengendalikan harga, yang telah menyebabkan krisis biaya hidup berkepanjangan di negara itu.
Para pengambil kebijakan di Turki memperkirakan dalam setahun terakhir suku bunga kumulatif meningkat dari 41,5% menjadi 50%.
Serikat pekerja telah memperingatkan bahwa masyarakat miskin di Turki harus menanggung akibat dari tindakan penghematan, dan memperkirakan bahwa ambang kelaparan untuk sebuah keluarga beranggotakan empat orang pada bulan Mei 2024 adalah sekitar 19.000 Lira (US$590) atau sekitar Rp9.575.700 per bulan.
Angka tersebut, lebih besar dari upah minimum Turki yang hanya sebesar 17.000 lira atau sekitar Rp8.560.405 per bulan. Tahun ini, Turki tidak menaikan upah minimum buruh.
Bank sentral telah mempertahankan suku bunga acuannya pada dua pertemuan terakhir dan sedang menguji langkah-langkah lain untuk mengekang pertumbuhan pinjaman.
Pasalnya, biaya pinjaman yang lebih tinggi akan memperlambat laju inflasi. Bank Sentral memperkirakan inflasi harga konsumen tahunan akan melambat menjadi 38% pada akhir tahun 2024.
Kenyataannya, suku bunga yang lebih tinggi tidak menghalangi konsumen Turki untuk berbelanja, dibandingkan menabung. Data PDB yang dirilis pada pekan lalu menunjukkan konsumsi rumah tangga melonjak 7,3% pada kuartal I 2024, mendorong ekspansi perekonomian Turki sebesar 5,7%.
Analis dari Conotoxia, Bartosz Sawicki, menyampaikan inflasi Turki nampaknya telah mencapai “puncak siklus”. Meski demikian, dia menilai Bank Sentral kemungkinan tidak menurunkan suku bunga karena konsumsi yang kuat.
No Comments