BRIEF.ID – Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Ilham Akbar Habibie mengatakan hilirisasi sebagai upaya meningkatkan nilai tambah mengolah bahan mentah menjadi setengah jadi atau bahan jadi belum cukup untuk menumbuhkan perekonomian nasional, maka reindustrialisasi diperlukan.
Ilham menjelaskan gagasan reindustrialisasi bukan berarti mengulang pola industrialisasi masa lalu yang cenderung dipersepsikan negatif karena mencemari lingkungan hidup, mengeksploitasi manusia, dan memunculkan perselisihan lahan produktif pertanian yang beralih fungsi menjadi pabrik.
“Reindustrialisasi ke depan mesti lebih selaras dengan Abad ke-21. Misalnya, industri sirkular, berkelanjutan, regeneratif, dan human centric (mengedepankan pendekatan pada manusia sebagai pusatnya, red.),” kata Ilham dalam keterangannya yang dikonfirmasi di Jakarta, Senin.
Menurut dia, konsep reindustrialisasi yang diperlukan adalah membuat suatu bahan baku agar mempunyai nilai tambah untuk dijual kembali, dan sesuai dengan minat beli masyarakat.
“Konsep reindustrialisasi ini adalah memastikan perkembangan industri di Indonesia dapat memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, menyerap tenaga kerja dalam negeri, dan membuat kebijakan pada sektor industri agar terciptanya peningkatan ekonomi yang baik,” katanya.
Sementara itu, dia memandang reindustrialisasi menjadi perlu karena saat ini Indonesia dinilainya sedang mengalami deindustrialisasi dini.
Deindustrialisasi, kata dia, tercermin dari penurunan kontribusi sektor industri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), seperti pada triwulan kedua tahun 2025 yang mencapai angka 17%.
“Sebelumnya kita menyentuh angka 20%, tetapi sekarang kita ada di bawah 20 persen, yang berarti kita mengalami degradasi terhadap penurunan industri, dan inilah yang disebut deindustrialisasi,” ujarnya. (Ant/nov)


