BRIEF.ID – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin (7/7/2025), di Bursa Efek Indonesia (BEI) diperkirakan rawan terkoreksi, setelah pada sepanjang pekan lalu bergerak terkonsolidasi dan berada zona merah selama tiga pekan beruntun.
Perdagangan di bursa mengakhiri sesi perdagangan pekan pertama Juli 2025, Jumat (4/7/2025) dengan mencatatkan pelemahan 0,19% menjadi 6.865 atau turun 61 poin dibanding akhir sesi penutupan sebelumnya yang berada di level 6.928. Investor asing juga mencatatkan arus keluar ekuitas senilai US$ 171 juta, pada sepanjang perdagangan pekan lalu.
Analis Phintraco Sekuritas Ratna Lim mengatakan, IHSG diperkirakan konsolidasi di kisaran 6.800-7.000, pada pekan ini.
Pendapat senada diungkapkan Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan. Ia memproyeksikan, IHSG akan bergerak di rentang 6.820 – 6.980 pada perdagangan Senin (7/7/2025).
“Apabila IHSG turun di bawah 6.820, ada potensi penurunan berlanjut ke level 6.735,” kata Ekky.
Saat ini, investor masih menantikan kesepakatan dagang Pemerintah Amerika Serikat (AS) selanjutnya, menjelang batas waktu pemberlakuan tarif impor yang ditetapkan Presiden AS Donald Trump, pada 9 Juli 2025.
Pada pekan ini, sejumlah data ekonomi AS akan dirilis seperti lelang US Treasury, Fed Balance Sheet, Ekspektasi Inflasi konsumen, perubahan stok minyak oleh EIA, dan update pasar tenaga kerja. Rencana OPEC+ meningkatkan produksi minyak mentah sebanyak 548 ribu bpd mulai Agustus 2025
Namun, salah satu yang menjadi sorotan investor adalah The Federal Reserve Open Market Committee (FOMC) serta laporan risalah bank sentral AS, The Fed yang menjadi gambaran terbaru arah kebijakan suku bunga AS, pada Kamis (10/7/2025). Investor juga terus mencermati data inflasi Tiongkok.
Seperti diberitakan, The Fed belum menurunkan suku bunga, pada tahun ini. FedWatch Tool, platform yang memproyeksi hasil keputusan suku bunga The Fed memperkirakan paling cepat penurunan suku bunga akan terjadi pada September 2025, dengan tingkat probabilitas mencapai 66%.
Isu di dalam negeri, Pemerintah Indonesia akan menandatangani MoU dengan AS, pada 7 Juli 2025 terkait komitmen pembelian produk-produk AS senilai US$ 34 miliar.
Investor juga kini menanti-nantikan data ekonomi dan pencatatan saham-saham IPO di bursa.
Kalangan analis merekomendasikan mengoleksi saham-saham, di antaranya PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR), PT Remala Abadi Tbk (DATA), PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), dan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR). (nov)