BRIEF.ID – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), pada perdagangan Jumat (22/8/2025) di Bursa Efek Indonesia (BEI) diperkirakan akan bergerak sideways setelah ditutup melemah di level 7.890,72 (-0.67%) pada perdagangan Kamis (21/8/2025).
Aksi profit taking terhadap beberapa saham berkapitalisasi pasar besar membebani IHSG. Secara teknikal, meskipun secara menengah panjang tren IHSG masih bullish, namun beberapa indikator menunjukkan potensi koreksi jangka pendek sehingga IHSG diperkirakan sideways dengan kecenderungan melemah dengan pergerakan pada rentang 7.800-7.930.
Defisit neraca transaksi berjalan Indonesia pada Kuartal II-2025 mencapai US$ 3 miliar dari defisit US$ 228 juta di Kuartal I-2025, namun relatif sama dibandingkan Kuartal II-2024.
“Hal ini menandai defisit neraca transaksi berjalan selama sembilan triwulan berturut-turut dan merupakan defisit terbesar sejak Kuartal II-2024, setara 0,8% Produk Domestik Bruto (PDB). Bank Indonesia menargetkan defisit transaksi berjalan sekitar 0,5%-1,3% PDB pada tahun ini,” demikian hasil riset Phintraco Sekuritas yang dirilis di Jakarta, Jumat (22/8/2025).
Phintraco Sekuritas merekomendasikan saham-saham berpotensi cuan di antaranya JPFA, ELSA, MIDI, CNMA, dan SMDR.
Disebutkan bahwa investor akan mencermati data jumlah uang beredar M2 di Indonesia bulan Juli 2025 yang diperkirakan meningkat 6,7% secara year on year (YoY), lebih tinggi dari pertumbuhan bulan Juni 2025 yang sebesar 6,5% YoY.
Uang beredar M2 pada Juni 2025 naik 6,5% YoY dari 4,9% YoY di Mei 2025. Akselerasi jumlah uang beredar M2 menandakan aktivitas ekonomi dan likuiditas mulai meningkat, yang disinyalir salah satunya berkat pemangkasan BI Rate serta adanya bansos dari pemerintah.
Sementara itu dari AS, pasar global akan menantikan pidato Chairman The Fed Jerome Powell pada simposium di Jackson Hole, pada (22/8/2025). (Nov)