BRIEF.ID – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencetak rekor tertinggi sepanjang masa atau all time high (ATH) sebanyak 24 kali sepanjang 2025. Saham-saham di semua sektor mengalami kenaikan, namun saham teknologi tercatat paling gacor.
“Kita bisa lihat bahwa tentu saja pencapaian ini tidak saja merupakan kerja dari OJK, SRO, dan Bursa, tapi ini sumbangsih kita semua, termasuk stakeholder pasar modal. Kalau kita bicara stakeholder pasar modal, tentu saja termasuk rekan-rekan media,” kata Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman, dalam konferensi pers penutupan perdagangan BEI tahun 2025 di Jakarta, Selasa (30/12/2025).
Menurut dia, perjalanan IHSG sepanjang 2025 tidak terlepas dari dinamika global yang cukup menantang. Hal itu, terutama dirasakan pada paruh pertama tahun ini, saat ketidakpastian global dan geopolitik menekan pergerakan pasar saham domestik.
Ketidakpastian pertama berasal dari kondisi global, ketika Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif dagang resiprokal AS.
Ketidakpastian kedua, pelemahan nilai tukar rupiah turut memengaruhi pergerakan indeks. Sementara ketidakpastian ketiga berasal dari eskalasi konflik di kawasan Timur Tengah yang turut menambah tekanan pada pasar keuangan.
“Ketiga faktor ini berdampak pada sentimen pasar dan menekan IHSG hingga menyentuh level terendah 5.996 di paruh pertama tahun 2025,” ujar Iman.
Dia mengungkapkan, ketiga faktor yang menimbulkan ketidakpastian pasar tersebut, diantisipasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Serf Regulatori Body (SRO), dengan membuat kebijakan buyback tanpa melalui persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Selain itu, dilakukan dialog soliditas dan sinergi dengan stakeholder pasar modal, yang kemudian ditindaklanjuti dengan penetapan kebijakan trading halt, penyesuaian aturan auto rejection bawah (ARB), serta penerapan mekanisme ARB baru pada paruh pertama 2025.
“Kondisi ini tentu saja terlihat bahwa dengan adanya penyesuaian atau adjustment dari aturan yang dibuat oleh OJK maupun Bursa dan SRO menyebabkan pasar modal kita rebound di paruh kedua 2025,” ungkap Iman.
Pemulihan
Dia menjelaskan, memasuki paruh kedua tahun ini, IHSG menunjukkan pemulihan yang signifikan dan kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.
Secara kumulatif, IHSG mencatatkan 24 kali ATH sepanjang 2025. Seiring dengan penguatan tersebut, kapitalisasi pasar BEI juga mencetak rekor baru dengan menembus level Rp16.000 triliun.
“Bahkan Rekor tertinggi IHSG sepanjang masa tercatat pada 8 Desember 2025, saat indeks mencapai level 8.711,” kata Iman.
Menurur dia, ada sejumlah faktor turut menopang penguatan pasar pada paruh kedua tahun ini, antara lain perkembangan geopolitik global, penurunan suku bunga acuan The Federal Reserve (The Fed) sebanyak tiga kali, serta kebijakan pro-pertumbuhan dari pemerintah.
“Selain tekanan geopolitik yang mereda, faktor pendukung lain datang dari penurunan suku bunga The Fed di paruh kedua sebanyak tiga kali, ada pro-growth pemerintah, termasuk injeksi likuiditas di Rp200 triliun (ke Bank Himbara), bahkan ditambahkan oleh Menteri Keuangan (Purbaya) terkait dengan Bank BPD juga,” tutur Iman.
Kondisi ini tetap terjaga hingga penghujung Tahun 2025. IHSG dapat kembali menyentuh level 8.000 dan menutup tahun 2025 dengan kinerja positif.
Pada Selasa (30/12/2025), IHSG menguat 0,03% atau 2,68 poin di posisi 8.646,93, sekaligus membuat IHSG tahun 2025 menguat 22,13% point–to–point.
BEI mengakhiri tahun 2025 dengan kinerja positif ddan mulai libur pada hari ini, Rabu (31/12/2025), hingga Kamis (1/1/2026). Perdagangan bursa akan kembali dimulai pada 2 Januari 2026.
Saham-saham di berbagai sektor, baik konsumen non-primer, saham infrastruktur, dan saham keuangan mengalami penguatan di sepanjang tahun ini, disusul saham konsumen primer. Meski demikian saham sektor teknologi dinilai mengalami penguatan terbesar atau paling gacor. (jea)


