BRIEF.ID – Pengamat pasar modal Edhi Pranasidi mengatakan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (29/9/2025) diperkirakan akan menguji level resistance flow di kisaran 8.189 – 8.214, disaat meningkatnya harapan bahwa Bank Indonesia (BI) akan terus memangkas suku bunga.
Langkah BI, disebut-sebut untuk mendukung perbaikan daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi nasional walaupun kekhawatiran terhadap pelemahan Rupiah terus membayangi.
“Kondisi yang sama sebetulnya juga terjadi pada bank-bank sentral dunia yang selama 12 bulan terakhir telah melakukan pemotongan suku bunga acuan sebanyak 168 kali untuk menghindarkan diri dari resesi ekonomi berkepanjangan,” kata Edhi di Jakarta, Senin (29/9/2025).
Sebagai perbandingan, pemotongan suku bunga terbanyak dalam 12 bulan juga terjadi pada tahun 2008 akibat krisis finansial global sebanyak 268 kali dan pada tahun 2020 dan disaat pandemi Covid-19 mencapai 196 kali.
Pasar global sebenarnya mengharapkan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, yang baru bergabung dalam lingkaran pemotongan suku bunga baru-baru ini, akan melakukan dua kali lagi pemotongan suku bunga pada tahun ini.
Secara historis, lanjutnya, pemotongan suku bunga secara global pada tahun 2009 terjadi karena system keuangan dunia yang nyaris kolaps, sementara pada 2009 dibarengi stimulus gila-gilaan oleh semua bank sentral, terutama the Fed. Situasi itu, menghasilkan dampak kenaikan suku bunga juga akibat meroketnya laju inflasi dua tahun kemudian.
“Nah untuk tahun ini, kita memasuki periode easy money yang berpotensi membuat investor melarikan diri dari surat utang dengan yield rendah dan berpindah ke yield tinggi serta tentunya ke aset berisiko seperti saham dan uang kripto. Pada kondisi ini, mungkin saja investor akan berpindah dari deposito bank yang berbunga rendah untuk berinvestasi di asset berisiko,” jelas dia.
Disebutkan, dalam beberapa tahun mendatang yang terjadi adalah kebalikan dari harapan akan adanya pertumbuhan ekonomi yang naik dan inflasi inflasi yang rendah.
Edhi juga merekomendasikan para investor untuk berinvestasi jangka pendek selama enam bulan sampai maksimal 18 bulan, untuk kemudian bersiap memperbanyak cash jika semua berbalik arah.
Dari AS, diberitakan bahwa akan diumumkan data makro ekonomi, mulai dari data pekerjaan baru yang tersedia pada Selasa (30/9/2025) sampai tenaga kerja di sektor selain pertanian. Dari dalam negeri, pada Rabu (1/10/2025) akan diumumkan data inflasi bulan September yang juga akan jadi pertanada apakah laju inflasi naik setelah emotongan suku bunga.
Sementara itu, pada Senin (29/9/2025, Rupiah diperdagangkan stabil di kisaran Rp 16.712 per dolar AS. Harga emas di pasar spot diperdagangkan menguat pada US$ 3.768 per ons.Harga batubara untuk pengiriman November 2025 tercatat menguat 1,45% ke angka US$ 108,75 per metrik ton.
Saham pilihan, ANTM, PSAB, ITIC, HMSP, WIIM, ASII, TLKM, LPPF, MDLN, dan KIJA. (nov)