BRIEF.ID – Penampilan musisi multitalenta asal Nusa Tenggara Timur (NTT) Gazpar Araja menjadi pembuka kolaborasi seni budaya Indonesia, pada peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-9 Purnumo Yusgiantoro Center (PYC) di Hotel Mulia, Jakarta, Senin (16/6/2025) malam.
Gazpar yang dikenal sebagai pemain alat musik Sasando, alat musik tradisional NTT, piawai menyanyikan lagu-lagu daerah dan pop. Ia mengawali penampilannya dengan melantunkan lagu berjudul Ofalangga dari Pulau Rote, NTT diiringi Sasando, untuk menarik perhatian ratusan hadirin. Kalimat ofalangga adinda soba‑soba, ofalangga, meluncur indah sehingga menampilkan gaya panggilan dan ungkapan khas budaya Rote.
“Saya bangga dapat tampil di acara HUT ke-9 Purnomo Yusgiantoro Center. Ini acara yang sangat mengesankan dan luar biasa,” kata Gazpar.
Selain Ofalangga, Gazpar juga melantunkan sederet lagu seperti Tanah Airku ciptaan Ibu Soed, Bolelebo (NTT), Benggong (Manggarai), dan Tetap Dalam Jiwa yang dipopulerkan penyanyi Isyana Sarasvati.
Peringatan HUT ke-9 PYC dikemas apik, sehingga menghadirkan suasana mengesankan, layaknya sebuah konser musik. Dengan tata panggung yang rapi, pencahayaan menawan, dan alur acara yang terstruktur, perayaan itu berhasil menciptakan nuansa budaya Indonesia.
Selain Gazpar, ditampilkan pula permainan alat musik tradisional Kolintang dari Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara dan Indonesia National Orchestra (INO) yang disutradarai Franki Raden.

Hadirin makin terpukau ketika ditampilkan sebuah kolaborasi menarik yang memadukan Sasando dan Kolintang. Penampilan ini merupakan pertemuan dua warisan musik tradisional Indonesia yang kaya dan sarat makna. Sasando dari NTT dan Kolintang dari Minahasa Utara. Perpaduan ini bukan hanya musikal, tetapi juga simbolik yang menyatukan ragam budaya timur Indonesia dalam harmoni yang padu.
Kolaborasi ini terkesan unik karena Sasando yang melodius dan mengalun berpadu indah melalui dentingan ritmis Kolintang. Yang satu menyapu perasaan, dan yang lainnya membangkitkan semangat.
“Ini menjadi simbol persatuan Nusantara. Kolaborasi ini mencerminkan keberagaman budaya yang disatukan dalam satu harmoni; NTT dan Sulawesi Utara lewat nada,” kata Dewan Pembina PYC Ibu Lis Purnomo Yusgiantoro.
Perpaduan Sasando dan Kolintang, menghadirkan deretan lagu seperti “O Minahasa,” “Parcuma” (Ambon), “Huhate” (Maluku), “ Ampar-ampar Pisang” (Kalimantan Selatan), “Bengawan Solo” (Jawa Tengah)
“Di usia ke-9 ini, kami percaya bahwa kolaborasi adalah energi masa depan. Dan seni, adalah bahasanya,” kata Ketua Umum PYC Filda Citra Yusgiantoro PhD.
Perayaan mengusung tema Growing Chapter; Symphony of Culture, Knowledge, and Innovation ditandai pemotongan tumpeng, yang diserahkan kepada sejumlah tokoh yang hadir, di antaranya Ibu Negara Sinta Nuriyah Wahid, Ibu Boediono – istri Wakil Presiden ke-11 Boediono, dan Pengusaha Low Tuck Kwong. Penyerahan tumpeng dilakukan secara berturut-turut oleh pendiri PYC yang juga Penasihat Presiden Bidang Energi Prof Purnomo Yusgiantoro, Dewan Pembina PYC Ibu Lis Purnomo Yusgiantoro, dan Ketua Umum PYC Filda Citra Yusgiantoro PhD.
Filda meyakini bahwa melalui seni, publik akan menangkap esensi dari perjuangan dan harapan institusi yang dipimpinnya itu. Melalui seni juga diungkapkan energi yang tak hanya bersumber dari bumi, tetapi juga dari hati dan jiwa manusia.
“Seni adalah cerminan nilai-nilai yang PYC junjung tinggi, kreativitas, kolaborasi, dan keberlanjutan,” jelas dia. (nov)