BRIEF.ID – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, sejak diluncurkan Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025–2030, Indonesia mencatat sejumlah pencapaian penting. Pertama, lebih dari 56 juta pengguna dan 38 juta merchant QRIS, yang mayoritas merupakan pelaku UMKM.
QRIS kini terinterkoneksi lintas negara dengan Malaysia, Singapura, dan Thailand. QRIS akan terhubung dengan Jepang mulai 17 Agustus 2025, dan akan segera diuji coba untuk Tiongkok dan Arab Saudi. Kedua, pertumbuhan pesat transaksi BI-Fast yang cepat, mudah, murah, aman, dan andal. Ketiga, implementasi Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP) untuk interoperabilitas antarpelaku.
Keempat, elektronifikasi program sosial dan Kartu Kredit Indonesia guna mendukung transaksi pemerintah di pusat dan daerah. Kelima, reformasi regulasi untuk memperkuat industri pembayaran nasional. Namun, kecepatan digitalisasi juga merupakan tantangan.
“Dalam BSPI 2030, BI fokus pada inisiatif 4I + RD, yaitu modernisasi infrastruktur pembayaran ritel, wholesale, dan data; konsolidasi industri sistem pembayaran nasional; inovasi yang diiringi manajemen risiko, market conduct, dan pelindungan konsumen; kerjasama internasional; dan pengembangan Rupiah Digital,” kata Perry pada pembukaan BI-OJK Hackathon 2025 di Jakarta, Kamis (5/6/2025).
Hackathon 2025 merupakan pembuka rangkaian menuju Festival Ekonomi dan Keuangan Digital (FEKDI) dan Indonesia Fintech Summit & Expo (IFSE) 2025 yang akan digelar 24-26 September 2025.
Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, mengatakan, pengembangan sektor keuangan yang terintegrasi dan berbasis digital di Indonesia dapat meningkatkan inklusi dan literasi keuangan yang akan mempercepat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan efisiensi pasar keuangan, serta memperkuat daya saing.
Disebutkan, Ekosistem Keuangan Digital, kegiatan Hackathon ini akan menjadi jembatan penghubung dalam pengembangan inovasi keuangan digital dan menjadi solusi kreatif untuk menciptakan kesejahteraan dan kemajuan masyarakat Indonesia.
Hackathon 2025 membuka ruang eksplorasi ide inovatif dengan tiga subtema, yaitu (i) AI as a Service (AIaaS) for digital-delivered service export, (ii) Inovasi keuangan dan layanan publik, dan (iii) Manajemen risiko dan pelindungan konsumen.
Kompetisi tahunan itu menjadi wadah eksplorasi ide-ide inovatif untuk menghasilkan solusi digital yang inklusif guna memperkuat ketahanan ekonomi di tengah ketidakpastian global. Inovasi yang dihasilkan diharapkan mampu mempercepat transformasi ekonomi dan keuangan digital serta mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, sejalan dengan program Asta Cita Pemerintah.
“Hackathon mendorong kolaborasi lintas sektor melalui sesi matchmaking yang mempertemukan inovator dengan regulator, pengguna layanan, dan komunitas agar solusi yang dikembangkan dapat langsung menjawab kebutuhan nyata di lapangan,” kata Mahendra. (nov)