BRIEF.ID – Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) – GreenFaith Indonesia mempertegas komitmennya mewujudkan Gerakan Gereja Ramah Lingkungan & Satukan Iman untuk Bumi.
Komitmen itu diwujudkan melalui penandatangan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU), yang dilakukan Ketua Umum (Ketum) Majelis Sinode GPIB Pendeta Paulus Kariso Rumambi dan Koordinator Nasional GreenFaith Indonesia Hening Parlan di Kantor Majelis Sinode GPIB, Jakarta, Selasa (16/9/2025).
Pendeta Paulus mengatakan, kerja sama ini mencakup tiga hal utama. Pertama, penelitian kolaboratif di bidang lingkungan hidup, termasuk penerbitan hasil riset dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Kedua, penguatan kapasitas jemaat GPIB agar semakin peduli dan beraksi dalam gerakan ekologi. Ketiga, promosi gerakan gereja ramah lingkungan baik di tingkat daerah maupun nasional.
“Kerja sama berlaku empat tahun dan dapat diperpanjang. Seluruh pembiayaan dituangkan dalam rencana program bersama yang dikelola secara transparan,” kata Pendeta Paulus melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (18/9/2025).
Hal senada juga diungkapkan Ketua II Majelis Sinode GPIB, Pendeta Manuel Raitung, yang khusus membidangi Gereja, Masyarakat, Agama-Agama, dan Lingkungan Hidup (GERMASA-LH).
Ia mengatakan, melalui kemitraan ini, GPIB menegaskan posisinya sebagai gereja publik, yaitu gereja yang tidak hanya fokus pada ruang ibadah, tetapi juga menjawab pergumulan masyarakat dan lingkungan.
“Gereja tak bisa menutup mata. Kerusakan lingkungan adalah krisis moral. Melalui kerja sama ini, kami ingin memberi teladan bahwa menjaga bumi adalah bagian dari pelayanan kasih,” kata Pendeta Manuel.
Sementara itu, Koordinator Nasional GreenFaith Indonesia Hening Parlan mengatakan, krisis iklim adalah krisis spiritual, yang menantang semua umat beragama, pemerintah, dan masyarakat untuk keluar dari zona nyaman.
“MoU ini adalah langkah kecil, tetapi penting, menuju perubahan besar,” kata Hening. (nov)