BRIEF.ID – Big Tech dan superstar pasar saham di bursa Amerika Serikat (AS) kembali menguat pada perdagangan hari Senin (10/11/2025), dan Wall Street memulihkan sebagian besar kerugiannya, pada pekan lalu.
Indeks S&P 500 naik 1,5% dan memulihkan hampir seluruh penurunannya dari pekan lalu, yang merupakan kerugian mingguan pertamanya dalam empat minggu. Dow Jones Industrial Average naik 381 poin, atau 0,8%, dan Nasdaq Composite melonjak 2,3% untuk hari terbaiknya sejak Mei.
Nvidia sejauh ini menjadi kekuatan terkuat yang mengangkat pasar dan melonjak 5,8%. Itu adalah rebound yang kuat setelah Nvidia dan pemenang lainnya dari hiruk-pikuk seputar teknologi kecerdasan buatan memimpin penurunan minggu lalu.
Para kritikus mengatakan harga saham melonjak terlalu tinggi dan terlalu cepat dalam mania AI, menarik perbandingan dengan gelembung dot-com tahun 2000 yang akhirnya meletus.
Disebut-sebut penguatan dipicu oleh harapan akan berakhirnya government shutdown di AS. Senat AS telah mencapai kesepakatan untuk mengakhiri government shutdown yang telah berlangsung selama 40 hari dan merupakan shutdown terlama sepanjang sejarah AS.
Kesepakatan itu terjadi setelah Partai Demokrat dan Partai Republik menyetujui paket pendanaan sementara untuk membuka kembali pemerintahan hingga Januari 2026, dengan syarat akan dilakukan pemungutan suara mengenai perpanjangan subsidi kesehatan sebelum Desember 2025.
Namun kesepakatan ini harus disetujui mayoritas 60% suara, kemudian disetujui oleh DPR AS dan ditandatangani Presiden AS Donald Trump.
Prospek berakhirnya shutdown mendorong optimisme investor, karena shutdown yang berkepanjangan telah menganggu aktivitas ekonomi terutama di sektor-sektor utama seperti perjalanan udara.
Investor juga khawatir terhadap dampak shutdown bagi ekonomi dan pasar tenaga kerja. Berakhirnya shutdown akan memperbarui rilis data ekonomi termasuk laporan pekerjaan bulanan yang telah tertunda.
US 10-year Bond Yield naik lebih dari 2 bps di level 4.116%. Harga emas spot menguat 2,3% ke level US$ 4,090/troy ons pada Senin (10/11/2025), mencapai level tertinggi dalam dua minggu karena data ekonomi AS yang lemah memperkuat ekspektasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga, sehingga meningkatkan permintaan untuk aset yang tidak memberikan imbal hasil. (nov)


