BRIEF.ID – Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, penurunan frekuensi aktivitas gempa susulan di Cianjur, Jawa Barat, menandakan kondisi akan kembali aman.
“Jadi, memang terjadi peluruhan. Itu sudah nyata dan ini menjadi pertanda bahwa tidak lama lagi kondisi akan aman kembali,” ujar Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam rapat dengan Komisi V DPR, di Jakarta, Selasa (22/11/2022).
Ia menyebutkan, tercatat pada pukul 16.00 WIB, terjadi sebanyak 140 kali gempa susulan dengan frekuensi kejadian yang menurun. Selain itu, aktivitas magnitudo gempa susulan dari gempa utama magnitudo 5,6 Cianjur, Jawa Barat, pada Senin (21/11/2022) juga semakin melemah.
”Gempa susulan terbesar magnitudo 4,2 dan terkecil magnitudo 1,2,” katanya.
Menurut Daryono, gempa dengan kekuatan magnitudo 1,2 sudah dapat dianalisis oleh BMKG, dan ini merupakan prestasi dalam memonitor gempa.
“Jadi magnitudo 1,2 mampu kita analisis adalah prestasi gemilang BMKG di dalam memonitor gempa karena banyaknya alat yang kita pasang, dan kita bisa memberi informasi sedetildetilnya terkait dengan aktivitas gempa yang terjadi,” jelas dia.
Pada kesempatan itu, Daryono juga menyampaikan bahwa berdasarkan analisis mekanisme sumbernya, gempa di Cianjur memiliki patahan geser ke kiri.
“Ini mirip dengan karakteristik sesar Cimandiri, sehingga ini diduga sesar atau patahan Cimandiri. Dan, itu benar karena memang ini berada di zona sistem sesar Cimandiri,” katanya.
Ia menambahkan, bergeraknya sesar itu membuat robek tanah sekitar 20-30 kilometer di bawah permukaan tanah dan rekahannya mencapai 23 kilometer sehingga memancarkan gelombang gempa yang sangat kuat tetapi dangkal.
Kondisi itu, lanjutnya, membuat bangunan yang berada di episentrum gempa menjadi rusak. Di sisi lain, kondisi tanah yang lunak turut memperparah guncangan. Daryono menambahkan, dampak gempa juga menyebabkan lereng menjadi tidak stabil yang dapat berakibat longsor, apalagi bila terjadi hujan.
No Comments