BRIEF.ID – Ketua Umum Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) Filda Citra Yusgiantoro mengungkapkan, Indonesia kini menghadapi sejumlah tantangan dalam pengembangan industri petrokimia.
Selain, alokasi minyak dan gas alam (migas) yang harus dibagi antara industri petrokimia, bahan bakar transportasi, dan pembangkit listrik. Tantangan lainnya adalah investasi di sektor petrokimia yang berisiko tinggi dan margin keuntungan tipis.
“Dua tantangan ini harus diatasi secara bersama. Industri petrokimia adalah industri padat modal. Jadi, nilai investasinya tinggi dan payback period terbilang lama. Tidak banyak pemain pada industri ini,” kata Filda di Jakarta, Sabtu (13/4/2024).
Filda mengatakan, hilirisasi minyak bumi dan gas alam (Migas) menjadi salah satu upaya untuk mengatasi tantangan. Hilirisasi berpotensi untuk menciptakan bahan baku produk petrokimia, di mana minyak bumi dapat diolah menjadi olefin dan aromatik. Sedangkan gas bumi menjadi amonia, metanol, dan turunannya.
Menurut doktor lulusan Universitas Monash, Australia itu, diperlukan perubahan alokasi minyak bumi sesuai tren global menuju energi terbarukan. Disebutkan, PT Pertamina menargetkan peningkatan produksi petrokimia dari 1,9 juta ton per tahun menjadi 7,5 juta ton per tahun dengan proyek di Kilang Balongan, Revamp dan Olefin Kilang Trans[1]Pacific Petrochemical Indotama (TPPI), dan kilang baru di Tuban.
Rencana hilirisasi migas ini sudah masuk dalam Peta Jalan Hilirisasi Investasi Strategis dan berdasarkan hitungan Kementerian Investasi/BKPM, kebutuhan investasi untuk membiayai hilirisasi migas mencapai US$ 68,1 miliar hingga 2040.
Seperti diketahui, selain sektor migas, pemerintah juga telah menyiapkan rencana hilirisasi 7 sektor prioritas lainnya, yaitu sektor mineral dan batubara (minerba) dengan estimasi kebutuhan investasi US$ 431,8 miliar, serta sektor perkebunan, kelautan, perikanan, dan kehutanan dengan perkiraan kebutuhan investasi US$ 45,4 miliar. Secara keseluruhan, kebutuhan investasi untuk hilirisasi sektor-sektor prioritas ini adalah sebesar US$ 545,3 miliar.
No Comments