BRIEF.ID – Ketua Umum Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) Filda Citra Yusgiantoro mengungkapkan, Indonesia berpeluang besar memanfaatkan sumber daya migas dan mineral, melalui pendekatan hilirisasi sebagai bagian dari strategi pembangunan nasional.
Menurut Filda, hilirisasi tidak hanya meningkatkan nilai ekonomi, juga secara signifikan mengalir masuk investasi, menciptakan kemandirian sumber daya negara, dan lapangan kerja baru yang luas di Tanah Air.
“Hilirisasi jelas berdampak pada pembangunan berkelanjutan dan pengelolaan sumber daya alam yang bertanggung jawab. Hilirisasi juga berdampak positif bagi penanaman modal di Indonesia,” kata Filda di Jakarta, Kamis (11/4/2024).
Berdasarkan data Kementerian Investasi/BKPM, larangan ekspor nikel yang diberlakukan sejak Januari 2020, yang diikuti penghiliran produk nikel di Tanah Air, mendorong nilai ekspor nikel dari US$ 1,1 miliar menjadi US$ 30 miliar-US$ 33 miliar pada 2022.
Sementara itu, realisasi investasi di bidang hilirisasi sepanjang Januari hingga Desember 2023 mencapai Rp 375,4 triliun. Angka ini mencapai 26,5% dari total Rp 1.418,9 triliun.
Berdasarkan capaian itu, Kementerian Investasi/BKPM RI mencatat realisasi terbesar dibukukan investasi di smelter mineral sebesar Rp 216,8 triliun sepanjang tahun 2023. Investasi smelter terbanyak mengalir ke nikel sebesar Rp 136,6 triliun, diikuti tembaga dengan pencapaian Rp 70,5 triliun dan bauksit sebesar Rp 9,7 triliun.
Sumber Daya Melimpah
Dikatakan Filda Indonesia memiliki kekayaan sumber daya mineral yang melimpah, seperti emas, tembaga, nikel, timah, dan batubara. Seiring meningkatnya permintaan pasar global terhadap sumber daya mineral, hilirisasi industri tambang di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menjadi semakin penting.
Permintaan mineral kritis, kata dia, diperkirakan meningkat empat hingga enam kali lipat, pada tahun 2040.
“Indonesia memiliki potensi migas dan minerba yang signifikan secara global. Cadangan minyak mencapai 4,17 miliar barel, dengan 2,44 miliar barel terbukti,” jelas dia.
Doktor lulusan Universitas Monash Australia itu mengungkapkan, cadangan gas bumi Indonesia mencapai 62,4 triliun kaki kubik, dengan 43,6 triliun kaki kubik terbukti. Sementara itu, cadangan batubara mencapai 38,84 miliar ton dan produksi rata-rata 600 juta ton per tahun, dengan usia cadangan diperkirakan mencapai 65 tahun.
“Untuk sumber daya mineral, Indonesia memperlihatkan kekayaan yang sangat beragam, salah satunya adalah nikel,” jelas dia.
Mengutip laporan United States Geological Survey (USGS) pada tahun 2022, Filda mengungkapkan Indonesia memiliki jumlah cadangan mineral terbesar di dunia, mencapai sekitar 139 juta ton.
Selain nikel, Indonesia juga memiliki banyak cadangan timah, tembaga, emas, perak, bauksit dan aluminium, tin, besi, dan beberapa mineral strategis lainnya. Produksi dan kebijakan ekspor sumber daya mineral Indonesia timah dan nikel memiliki pengaruh langsung terhadap rantai pasokan global.
“Proses hilirisasi yang optimal, Indonesia dapat mengurangi eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal di sekitar wilayah eksploitasi,” kata dia.
No Comments