BRIEF.ID – Ketua Umum Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) Filda Citra Yusgiantoro mengatakan, banyak dorongan internasional untuk menurunkan penggunaan energi fosil di lingkungan industri manufaktur di dalam negeri.
Ia menyebutkan, saat ini terdapat sekitar 76% industri manufaktur masih menggunakan energi fosil, yang berasal daritu batubara dan bahan bakar minyak (BBM).
“Jadi, kalau kita lihat, saat ini sekitar 76% industri manufaktur masih menggunakan energi fosil. Dan, banyak dorongan dari global untuk meminimalkan penggunaan energi fosil di industri manufaktur,”kata Filda pada The Ensight “Transisi Energi di Sektor Manufaktur” yang diselenggarakan di Kantor PYC, Jalan Wijaya IX No 12 Jakarta Selatan, Sabtu (19/8/2023).
The Ensight “Transisi Energi di Sektor Manufaktur” menghadirkan narasumber, Analis Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Robi Kurniawan, yang mewakili Direktur Konservasi Energi KESDM. Selain itu, Business Development Manager Berkeley Energy Commercial Industrial Solutions (BECIS) Rizaldi Indra dan Dosen Teknik Kimia Universitas Indonesia Bambang Heru Susanto.
Diskusi yang dimoderatori peneliti PYC Vivi Fitriyanti membahas tentang kolaborasi triple helix (pemerintah, industri, dan akademisi) untuk mendukung transisi energi di industri manufaktur.
Filda mengungkapkan, kondisi memprihatinkan ini menjadi tantangan tersendiri untuk mendorong transisi energi di sektor swasta, di tengah upaya dekarbonisasi sektor kelistrikan dan penggunaan bahan bakar fosil secara langsung.
“Seperti kita ketahui bersama di dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) belum mengarah ke sisi hilir industri manufaktur, yang memang kita perlu memberikan masukan-masukan untuk mendukung kebijakan di industri hilir, industri manufaktur,” jelas dia.
Seperti diberitakan, Indonesia berkomitmen menurunkan target emisi gas rumah kaca (GRK) tanpa syarat menjadi 29% dan bersyarat (dengan dukungan internasional) menjadi 41% dibandingkan skenario business-as-usual (BAU) masing-masing sebesar 834 Mt CO2e dan 1.185 Mt CO2e, pada tahun 2030.
Updated NDC mencerminkan kemajuan di luar NDC yang ada, terutama dalam peningkatan ambisi adaptasi, peningkatan kejelasan tentang mitigasi dengan mengadopsi buku aturan Persetujuan Paris (Paket Katowice), menyelaraskan konteks nasional yang berkaitan dengan kondisi yang ada, tonggak pencapaian seiring dengan pembangunan nasional periode 2020-2024, dan jalur indikatif menuju visi jangka panjang (Visi Indonesia 2045) dan Long-Term Strategy on Low Carbon and Climate Resilient Development 2050 (LTS-LCCR 2050), serta menerjemahkan Buku Aturan Persetujuan Paris (Paket Katowice) ke dalam konteks Indonesia.
No Comments