BRIEF.ID – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan kebijakan fiskal dan moneter terus disinergikan untuk menjaga nilai tukar Rupiah agar tetap stabil.
“Ini harusnya kita bisa kerja sama dengan baik, antara fiskal dan moneter bisa bersinergi dengan baik,” kata Febrio kepada wartawan usai kegiatan halal bilhalal di Kementerian Keuangan Jakarta, Rabu (24/4/2024).
Febrio juga mengatakan, Kementerian Keuangan terus mengelola volatilitas Rupiah dan mengantisipasi risiko ke depannya.
Nilai tukar (kurs) Rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Rabu pagi, naik 55 poin atau 0,34% menjadi Rp 16.165 per dolar AS dari penutupan perdagangan sebelumnya sebesar Rp 16.220 per dolar AS.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25% untuk memperkuat stabilitas nilai tukar dan mencegah pertumbuhan ekonomi dari dampak rambatan global.
Melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 23-24 April 2024, BI juga memutuskan untuk meningkatkan suku bunga deposit facility sebesar 25 basis poin menjadi 5,5%, dan suku bunga lending facility sebesar 25 basis poin menjadi 7%.
“Kenaikan suku bunga ini untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari kemungkinan memburuknya risiko global serta sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur BI Bulan April 2024 di Jakarta, Rabu (24/4/2024).
BI juga menjaga stabilisasi nilai tukar Rupiah melalui intervensi di pasar valas pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
BI juga memperkuat strategi operasi moneter yang pro-market untuk efektivitas kebijakan moneter, termasuk optimalisasi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).
No Comments