BRIEF.ID – Pakar Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti menyatakan, penampilan pasangan Calon Presiden Ganjar Pranowo dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) Mahfud MD lebih realistis dibandingkan pasangan calon lainnya.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI menyelenggarakan Debat Kelima Capres 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, menampilkan tiga Capres, yaitu Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo.
Ikrar mengungkapkan, program pendidikan hingga ketenagakerjaan yang diusung pasangan Nomor Urut 3, Ganjar Pranowo – Mahfud MD lebih menguasai tema debat kelima capres yang sekaligus menjadi debat terakhir dalam penyelanggaraan Pilpres 2024.
Adapun tema besar debat terakhir capres adalah kesejahteraan sosial, pembangunan SDM, dan inklusi. Subtemanya meliputi pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, kebudayaan, teknologi informasi, kesejahteraan sosial, dan inklusi.
“Program 1 Keluarga Miskin 1 Sarjana juga sekolah vokasi, seperti SMK Jateng yang menjamin siswanya dapat langsung bekerja, lebih relistis dan dapat diwujudkan dibandingjan program asal gratis dari paslon 1 dan 2,” ujar Ikrar.
Dia menjelaskan, Capres Nomor 1, Anies Baswedan mengusung program pendidikan dengan janji akan menggratiskan seluruh sekolah dari SD hingga SMA, baik sekolah negeri maupun swasta.
“Bisa dibayangkan sekolah negeri itu banyak sekali dan sampai ke pelosok. Belum lagi sekolah swasta itu kan ada straranya, jadi kalau bilang mau gratiskan biaya pendidikan di seluruh sekolah negeri dan swasta kok rasanya gak masuk akal,” ujar Ikrar.
Sementara itu, Capres Nomor 2 Prabowo Subianto hanya akan menjual program makan siang gratis dan melanjutkan program pendidikan warisan pemerintahan Presiden Jokowi.
“Makan siang gratis dengan anggaran triliunan itu luar biasa besar, jauh melebihi anggaran Kementerian Pertahanan di bawah pimpinan Pak Prabowo saat ini,” ungkap Ikrar.
Sedangkan Capres Nomor 3 Ganjar Pranowo, menawarkan program yang lebih membumi untuk diterima masyakat, dengan hitungan anggaran yang lebih realistis dan sesuai Visi Indonesia Emas.
Etika dan Moral
Dia mengharapkan, para Capres membahas pentingnya pendidikan etika dan moral, karena hal itu sangat penting bagi generasi muda yang akan menjadi pemimpin bangsa ke depan.
“Saya ngomong terus terang saja, bahwa yang namanya pendidikan itu bukan mengajarkan ilmu dan teknologi saja, tetapi juga etika, moral, dan akhlak agar generasi muda kita tahu menempatkan diri dan tidak menyepelekan aturan dan norma,” ujar Ikrar.
Menurut dia, keprihatinan pada etika dan moral inilah yang membuat sivitas akademika, bahkan guru besar dari universitas ternama dunia sampai bersuara mengkritisi situasi dan kondisi Pemilu saat ini yang sarat dengan pelanggaran aturan juga mengabaikan etika.
Setiap perguruan tinggi bukan hanya mengajarkan ilmu tinggi, kompetisi, tapi juga bagaimana ilmunya diterapkan dalam kehidupan sendiri dan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat.
“Kenapa akhirnya guru besar dan sivitas akademika bersuara karena baru belakangan presiden dan para menteri secara terang-terangan menunjukkan sikap memihak, dan mengabaijan etika juga moral hanya demi mendukung paslon 2,” ungkap Ikrar.
Menurut dia, karena sudah banyak aturan yang dilanggar, etika yang diabaikan, tidak heran jika sivitas akademika akhirnya bersuara karena pemimpin bangsa harusnya menjadi teladan bukan melanggar aturan dan mengabaikan etika juga moral.
“Bagaimana bisa menjadi pemimpin bangsa yang baik, menjadi panutan, bahkan dihormati kalau pemimpinnya sendiri tidak memberi contoh,” ujar Ikrar.
No Comments