CORE: 2026 Jadi Tahun Pembuktian Pemerintahan Prabowo-Gibran, PDB Melambat ke 4,9%-5,1%

BRIEF.ID – CORE Indonesia memproyeksikan Produk Domestik Bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 melambat di kisaran 4,9% hingga 5,1%.

Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal, mengatakan kondisi ekonomi di Tahun 2026 tidak akan mengalami akselerasi pertumbuhan, bahkan mungkin lebih buruk dibandingkan Tahun 2025.

Hal itu, lanjutnya, dipengaruhi faktor global, terutama dampak dari kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang sangat terasa bagi negara-negara berkembang (emerging market) termasuk Indonesia.

Sementara dari dalam negeri, melambatnya pertumbuhan ekonomi dipengaruhi konsumsi domestik yang menurun, produksi industri yang berkurang begitu juga untuk ekspansi, kredit konsumsi atau untuk belanja modal juga melambat, serta penurunan ekspor migas.

“Dengan berbagai faktor global dan domestik, dan belum adanya sinyal optimistis pada 2026, CORE Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di Tahun 2026 berada di kisaran 4,9%-5,1%,” kata Faisal, dalam diskusi, di Jakarta, Rabu (26/11/2025).

Dia mengungkapkan, selain tekanan ekonomi, Tahun 2026 juga akan menjadi tahun pembuktian bagi Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, dan Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka.

Hal itu, terutama terkait program prioritas yang menjadi janji-janji kampanye Prabowo-Gibran di Pemilu 2024. Pasalnya, di tahun I pemerintahan, publik masih memberi ruang kepada presiden dan wapres baru untuk mengakselerasi kebijakan.

“Menurut saya, Tahun 2026 adalah tahun pembuktian dari janji kampanye pemerintah baru. Jika tahun pertama merupakan tahun akselerasi dan evaluasi program dari pemerintahan sebelumnya, maka tahun kedua menjadi tahun pembuktian pemerintahan baru, jadi harus mulai terlihat apa yang telah dijanjikan,” tutur Faisal.

Evaluasi

Sementara ekonom senior, Hendri Saparini, dalam sambutan pada kegiatan diskusi tersebut, menyampaikan ekonomi dunia cenderung melambat di tahun 2026, begitupun Indonesia.

Meski demikian, banyak lembaga internasional yang memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih baik dibandingkan Tiongkok dan Vietnam.

“Kenapa? Karena Indodnesia lebih bergantung pada ekonomi tradisional atau domestik, dibandingkan Tiongkok dan vietnam yg sangat bergantung pada ekonomi global,” ujar Hendri Saparini.

Terkait dengan itu, Hendri menyampaikan, pemerintah perlu melakukan evaluasi, begitu pula seluruh stakeholder terkait, termasuk ekonom, dan pelaku usaha.

Adapun poin-poin yang perlu dievaluasi untuk menghadapi Tahun 2026 antara lain:

– Merevitalisasi industri kerena banyak sekali kebijakan saat ini yg mendorong investasi baru tapi lupa dengan excisting invenstmen sehingga ada investor lama yang hengkang
– perlu ada harmonisasi kebijakan dan revitalisasi industri
– tantangan bonus demografi karena tingginya angka pengangguran generasi muda.

Stabilitas Politik

Sementara Direktur Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, menyampaikan target pertumbuhan ekonomi 8% yang ditetapkan pemerintahan Prabowo-Gibran merupakan lompatan ekonomi yang harus ditopang oleh stabilitas politik dan keamanan.

Persoalannya, stabilitas politik Indonesia cenderung rawan, seiring makin berkurangnya tingkat kepercayaan publik dan elektabilitas Prabowo. Hal itu terlihat dari survei Indikator Politik Indonesia yang menunjukkan elektabilitas Prabowo mengalami penurunan drastis.

“Data yang kami himpun menunjukkan di 100 hari pertama pemerintahannya, elektabilitas Prabowo Subianto sebesar 68%, sedangkan per September 2025 turun signifikan ke 48%,” ungkap Burhanuddin.

Dia menambahkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi harus didorong melalui lompatan ekonomi, ddengan kunci utama pda stabilibtas politik dan keamanan.

Untuk hubungan luar negeri, lanjutnya, pemerintah Indonesia juga harus memainkan pendekatan diplomasi yang seimbang, termasuk dalam negosiasi ekonomi, agar tidak merugikan seperti hasail negosiasi tarof resiprokal dengan AS.

“Idealnya Pemerintah Indonesia mengikuti pendekatan diplomasi yang seimbang. Menjaga hubungan baik untuk semua kekuatan besar, tanpa terjebak dalam blok tertentu,” ungkap Burhanuddin. (jea)

Share post:

Subscribe

spot_imgspot_img

Popular

More like this
Related

Prabowo Instruksikan Menpora Prioritaskan Peningkatan Kesejahteraan Atlet

BRIEF.ID - Presiden Prabowo Subianto menginstruksikan Menteri Pemuda dan...

IHSG Cenderung Menguat, Cermati Saham TINS, ASII, PYFA, ISAT, dan KLBF

BRIEF.ID – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan...

Bursa Saham AS Ditutup Menguat Signifikan

BRIEF.ID –  Indeks di bursa Wall Street ditutup menguat...

Mensesneg Paparkan Kronologi Pemberian Rehabilitasi

BRIEF.ID – Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi  memaparkan...