CGSI : Tren Pertumbuhan Kredit Konsumer Perbankan hingga Mei 2025, BSI Tertinggi 

BRIEF.ID – CGS International Sekuritas Indonesia atau CGSI menyebut tren pertumbuhan kredit konsumer perbankan di Indonesia terus meningkat di tengah perlambatan akibat ketidakpastian global.

Hal itu, disampaikan CGIS dalam kajian financial services terbaru yang menyotori bisnis pinjaman konsumen perbankan. Kajian yang ditulis tiga analis CGIS, yakni Handy Noverdanius, Owen Tjandra, dan Elizabeth Noviana, dirilis pada 16 Juli 2025.

Tim analis CGIS memaparkan, berdasarkan data Bank Indonesia (BI), pertumbuhan kredit konsumer perbankan secara sistem mencapai 1,9% sepanjang Januari-Mei 2025 (year-to-date/ytd), atau 8,7% secara tahunan (year-on-year/yoy) per Mei 2025.

Disebutkan, untuk bank-bank besar, CGSI menemukan rata-rata pertumbuhan kredit konsumer (bank only) mencapai 11% (yoy) per Mei 2025.

“Dalam kajian kami, PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI membukukan pertumbuhan kredit konsumer tertinggi, yakni sebesar 17% (yoy), diikuti PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) 12% (yoy),” demikian bunyi kajian CGIS, dikutip Senin (21/7/2025).

Hasil kajian CGIS juga menemukan penyaluran kredit melambat di segmen konsumer. Berdasarkan penelusuran di lapangan, tim SGSI menemukan bank-bank mulai memperketat parameter risiko di segmen kredit konsumer, terutama untuk nasabah non-ekosistem atau nasabah non-deposito.

Terkait dengan itu, CGSI melihat kemungkinan terjadi perlambatan pertumbuhan kredit konsumer di semester II 2025, meskipun rata-rata pertumbuhan kredit konsumer masih berada di dua digit per Mei 2025.

CGSI juga melihat ada tren kenaikan NPL untuk kredit konsumer yang berlanjut sejak akhir tahun lalu. Pada triwulan I 2025,
NPL sistem keuangan untuk kredit konsumer telah merangkak ke level 2,08%, meningkat 28 basis poin (bps) secara tahunan, atau 19 bps (ytd).

Adapun kenaikan NPL paling tajam terjadi pada Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dibandingkan dengan NPL kredit kendaraan bermotor, dengan NPL KPR yang mencapai level tertingginya sejak  Oktober 20.

“Secara umum, kami melihat adanya dampak lagging (perlambatan) dalam 6-12 bulan ke depan pada NPL kredit konsumer,” tulis tim CGIS.

Biaya Kredit

Meskipun kualitas pinjaman konsumen telah memburuk selama beberapa kuartal terakhir, CGIS mencatat pinjaman konsumen hanya mencapai sekitar 19% dari portofolio pinjaman 4 bank besar.

Sebaliknya, portofolio pinjaman konsumen bank menengah rata-rata mencapai sekitar 34% dari total buku pinjaman mereka, sehingga menimbulkan risiko kualitas aset yang lebih serius.

Oleh karena itu, CGSI melihat ada potensi kenaikan biaya kredit pada kredit konsumer, namun memperkirakan biaya kredit bank secara keseluruhan masih berada dalam kisaran wajar.

Untuk menyikapi potensi kenaikan biaya kreddit, CGSI merekomendasikan masyarakat lebih memilih bank-bank wholesale mengingat prospek kualitas kreditnya lebih baik.

“Menjelang hasil 2Q25 mendatang, kami lebih memilih BBCA dan BTPS sebagai pilihan utama karena kedua bank ini cenderung membukukan kinerja yang sejalan dengan ekspektasi kami dengan kemungkinan yang lebih kecil untuk penurunan rekomendasi,” ungkap tim CGIS.

Ditambahkan, untuk bank BUMN, CGIS menilai semua mata akan tertuju pada perbaikan likuiditas. Katalisator pemeringkatan ulang sektor ini mencakup percepatan belanja fiskal dan likuiditas simpanan lebih baik.

Adapun risiko penurunannya mencakup memburuknya kualitas kredit dan tekanan berkelanjutan pada NIM (net interest margin) perbankan. (jea)

Share post:

Subscribe

spot_imgspot_img

Popular

More like this
Related

BEI Delisting Saham 8 Emiten, Mayoritas dari Sektor Properti

BRIEF.ID - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi melakukan...

Temasek Bakal Perluas Investasi di Indonesia, Saham Telkom dan Matahari Melesat

BRIEF.ID - Rencana Temasek Holdings memperluas investasi di Indonesia,...

IHSG Fluktuatif di Level 7.300, Saham COIN Terus Diburu Investor

BRIEF.ID - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek...

Rupiah Melemah Menuju Level Rp16.350 Saat Pasar SUN Bergairah

BRIEF.ID - Nilai tukar (kurs) rupiah melemah menuju level...