BRIEF.ID – Indonesia mengidentifikasi proyek kerja sama senilai US$ 32 miliar atau sekitar Rp490,59 triliun melalui kegiatan penjajakan bisnis (business matching) selama penyelenggaraan Forum ASEAN-Indo-Pasifik (AIPF).
Sebagai penyelenggara AIPF yang menjadi kegiatan unggulan dari Konferensi Tingkat-Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN, Indonesia juga mengupayakan kerja sama untuk proyek dari negara-negara lain dengan total nilai US$ 810 juta atau sekitar Rp12,4 triliun.
“Meskipun belum bisa difinalisasi dalam pertemuan hari ini, kita harapkan business matching tersebut akan bisa meningkatkan kerja sama dan pemahaman sebenarnya kebutuhan investasi yang diharapkan oleh masing-masing negara,” kata Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Pahala Mansury seperti dilansir laman Sekretariat Kabinet, Jumat (8/9/2023).
Ia mengatakan, kegiatan business matching AIPF dihadiri sekitar 185 investor dalam dan luar negeri, di antaranya, PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Permata Tbk, Bank SBI Indonesia, Bank CCB Indonesia, PT Bank Jawa Barat, PT Astra Infrastruktur, PT Amman Mineral Tbk, Dian Swastatika Sentosa, AIIB, Standard Chartered, Sumitomo (SMBC), Commerzbank, ACWA (Saudi Arabia), EDF Energy (Prancis), KEPCO (Korea), IGNIS (Spanyol), China Railway Corporation, Sinohydro, China State Construction Engineering, Siemens (German), Inpex Geothermal (Jepang), British Columbia (Canada), and Actis (Inggris).
Sektor-sektor bisnis yang dipromosikan melalui AIPF meliputi pengembangan energi baru terbarukan, hidrogen, amonia, kilang alumina, rantai pasok baterai, serta infrastruktur jalan tol dan pelabuhan.
Indonesia memfokuskan kerja sama dengan mitra internasional untuk proyek strategis di bidang energi dan migas (5 proyek), jalan tol (9 proyek), pelabuhan (5 proyek), kesehatan (6 proyek), pupuk (3 proyek), infrastruktur (10 proyek), pariwisata (9 proyek), serta ekosistem baterai kendaraan listrik dan rantai pasok (3 proyek).
Energi Hijau dan Ekosistem Baterai
Sementara itu, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rosan Perkasa Roeslani mengatakan, sektor yang banyak menarik minat investor adalah energi hijau dan ekosistem baterai kendaraan listrik.
“Banyak juga yang ingin berpartisipasi di sektor digitalisasi karena mereka melihat banyak potensi masyarakat kita yang belum tersentuh oleh formal financing,” kata Rosan.
Ia menyebut sejumlah BUMN terbesar Indonesia seperti Pertamina, Pupuk Indonesia, PLN, Pelindo, Jasa Marga, MIND ID, dan Injourney turut berpartisipasi dalam AIPF.
Beberapa proyek strategis juga ditampilkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), yang diharapkan dapat menjadi platform percepatan investasi untuk beberapa proyek infrastruktur seperti proyek jalan tol ruas Demak-Tuban, Tuban-Gresik, Tasikmalaya-Gedebage-Ciamis, serta proyek SPAM Jatiluhur.
Selain itu, kata Rosan, beberapa negara ASEAN seperti Brunei Darussalam, Myanmar, Thailand, Malaysia, dan Filipina turut mempresentasikan proyek potensial di sektor telekomunikasi dan infrastruktur.
Selama kegiatan yang diselenggarakan pada 5-6 September 2023, AIPF dihadiri para pemimpin dari negara-negara ASEAN seperti Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr., Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong, Ketua Delegasi Kerajaan Thailand Sarun Charoensuwan, PM Vietnam Pham Minh Chinh, PM Laos Sonexay Siphandone, Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah, PM Kamboja Hun Manet, PM Malaysia Anwar Ibrahim, dan PM Timor Leste Xanana Gusmao.
Tiga pemimpin dunia seperti PM Jepang Fumio Kishida, PM Australia Anthony Albanese, dan PM Kanada Justin Trudeau juga menjadi pembicara kunci dalam sesi leaders’ talk.
Dalam paparannya, kata Pahala, para pemimpin itu menegaskan bahwa prioritas ke depan untuk kemitraan strategis dengan ASEAN akan difokuskan ke sektor kerja sama yang berkelanjutan, seperti pengembangan energi bersih, pembiayaan inovatif dan berkelanjutan, serta pembangunan infrastruktur hijau.
No Comments