BSI MCI Diluncurkan di GIFS 2025, Indikator Ekonomi Syariah di Indonesia

BRIEF.ID – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) meluncurkan BSI MCI (Moslem Consumption Index) pada ajang BSI Global Islamic Finance Summit (GIFS) 2025.

Chief Economist BSI, Banjaran Surya Indrastomo, mengatakan BSI MCI adalah sebuah indikator ekonomi syariah inovatif, yang dikembangkan Grup Office of Chief Economist dan Grup Data & Decision Management BSI.

Melalui BSI MCI, lanjutnya, perseroan tak hanya memberikan layanan perbankan dan keuangan syariah terbaik berstandar global, namun juga menjadi referensi dan acuan terpercaya terkait ekonomi syariah, khususnya di Indonesia.

“Peluncuran BSI MCI menunjukkan BSI semakin siap menjadi referensi terpercaya ekonomi Islam di Indonesia. Hal ini pun semakin menegaskan peran BSI sebagai Sahabat Finansial, Sahabat Sosial dan Sahabat Spiritual masyarakat Indonesia,” kata Banjaran, saat peluncuran BSI MCI di BSI GIFS 2025, Jakarta, Rabu (30/4/2025).

Dia menjelaskan, BSI MCI adalah indeks yang secara khusus mengukur dan memantau tren konsumsi masyarakat muslim di Indonesia. Fokus utamanya adalah pada sektor ekonomi syariah dan gaya hidup muslim.

BSI MCI disusun dan diperbarui setiap bulan. Frekuensi bulanan memungkinkan untuk menangkap dinamika perilaku konsumsi muslim secara tepat waktu, sekaligus memberikan pembacaan tren yang konsisten bagi para pemangku kepentingan.

Banjaran mengungkapkan, tujuan dari pengembangan BSI Muslim Consumption Index baik bagi internal BSI maupun bagi publik secara luas dan para stakeholders.

Bagi perseroan, indeks ini dapat membantu unit bisnis dalam merumuskan strategi saat ini dan di masa depan, dan memberikan gambaran ekosistem syariah jangka panjang bagi BSI.

Selain itu diharapkan dapat memperkuat posisi BSI sebagai pelopor dalam riset keuangan syariah, serta menangkap tren konsumsi muslim yang belum tersedia di indikator lainnya.

“Hal ini akan memperkuat posisi BSI sebagai bank syariah terkemuka yang mampu menyajikan analisis mendalam mengenai perilaku ekonomi konsumen muslim,” ujar Banjaran.

Berikut beberapa manfaat BSI MCI untuk publik dan stakeholders:

1.  Menjadi salah satu referensi utama pemerintah dalam melihat dan mengevaluasi kondisi ekonomi masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim.

2. Menjadi referensi utama pemerintah dalam mengevaluasi dan merencanakan pengembangan ekonomi syariah nasional.

3. Sebagai rujukan bagi pelaku bisnis dalam menentukan tingkat daya tarik ekonomi berbasis syariah di Indonesia.

Banjaran menjelaskan, dengan mengakses BSI MCI manfaat yang didapat adalah insight ringkas dan actionable. Hal ini memudahkan pengambil kebijakan di sektor publik maupun privat dalam merumuskan strategi.

Manfaat berikutnya adalah pembacaan pola dan anomali siklus konsumsi muslim, mulai dari fluktuasi bulanan hingga dampak peristiwa keagamaan utama.

Selain itu granularitas wilayah, di mana indeks diuraikan menurut zona geografis. Dengan demikian, perbedaan perilaku antar daerah dapat diidentifikasi dan direspons secara tepat.

Banjaran optimistis BSI MCI akan memiliki kredibilitas di tingkat nasional dan global, karena signifikansi ekonomi konsumen muslim di Indonesia sangat besar.

“Contoh nyata ialah lonjakan aktivitas selama Ramadan, Idul Adha, serta kuatnya social spending yang berperan sebagai jaring pengaman masyarakat,” ungkap Banjaran.

Di sisi lain, informasi mengenai pola dan preferensi konsumsi muslim secara aktual masih banyak yang belum terjawab. Bahkan instrumen existing, termasuk State of the Global Islamic Economy Report (SGIE), belum sepenuhnya menjawab kebutuhan tersebut.

Oleh karena itu, lanjut Banjaran, BSI MCI hadir untuk mengisi celah ini dengan indikator komprehensif yang berbasis data primer, sehingga akan memberikan pandangan nyata (real‑behaviour) konsumsi muslim.

“Tentunya ini akan menjadi rujukan terbaik bagi pihak internal BSI, regulator, dan peneliti yang membutuhkan insight terukur tentang segmen terbesar pasar domestik Indonesia,” tutur Banjaran.

Dia memaparkan, kredibilitas BSI MCI pun terjaga karena pengembangannya mengikuti kaidah akademik dan best practice dalam statistik ekonomi.

BSI MCI diperkuat dengan protokol pengumpulan data, pemodelan, dan validasi yang telah dikaji serta diuji oleh pakar independen dari kalangan akademisi dan industri untuk memastikan objektivitas serta reliabilitas indeks.

Nilai Tambah

Selain itu, BSI MCI pun memiliki nilai tambah tersendiri karena dengan populasi muslim terbesar di dunia, keputusan apa pun yang menyentuh perekonomian Indonesia hampir pasti bersinggungan dengan konsumen muslim.

Nilai tambah tersebut adalah landasan faktual yang disediakan BSI MCI. Pertama, memperkuat ketepatan kebijakan fiskal maupun moneter.

Kedua, mengurangi ketidakpastian bagi internal BSI saat merancang kebijakan. Ketiga, meningkatkan daya saing Indonesia sebagai barometer ekonomi halal global.

“Kami berharap MCI dapat menjadi referensi utama bagi seluruh pemangku kepentingan dalam memahami, melayani, dan memberdayakan konsumen muslim, sehingga pertumbuhan ekonomi nasional kian inklusif dan berkelanjutan,” kata Banjaran.

Adapun untuk mengakses BSI MCI publik dapat mengakses ringkasan temuan MCI melalui kanal resmi Bank Syariah Indonesia (situs web, siaran pers, serta media sosial terverifikasi), kemudian melalui publikasi berkala Office of Chief Economist BSI.

Data lengkap MCI bersifat internal dan digunakan untuk kepentingan perencanaan strategis BSI. Namun, perseroan akan secara proaktif merilis cuplikan data tambahan apabila relevan dengan momentum ekonomi atau kebutuhan mitra strategis.

Banjaran menambahkan, BSI MCI diluncurkan di BSI GIFS 2025 karena ajang tersebut merupakan event flagship global bagi perseroan. Di mana acara ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan penting seperti pemerintah, pemimpin bisnis syariah nasional dan internasional, akademisi, dan komunitas muslim global.

“Peluncuran BSI MCI dalam event ini bertujuan agar produk ini dapat langsung menarik perhatian dan mendapatkan kredibilitas baik nasional maupun global. Sekaligus memperkuat posisi BSI sebagai pemimpin pemikiran (thought leader) di bidang ekonomi syariah global,” tutur Banjaran. (jea)

Share post:

Subscribe

spot_imgspot_img

Popular

More like this
Related

BRI Cetak Laba Bersih Rp13,80 Triliun di Triwulan I 2025, UMKM Tetap Jadi Fokus Bisnis

BRIEF.ID - PT Bank Rakyat Indonesia  Tbk (BRI) mencetak...

Rano Pertimbangkan Naik Angkutan Umum Tiga Kali Sepekan

BRIEF.ID - Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta, Rano Karno...

Prabowo Pastikan Berpidato Pada Hari Buruh Internasional

BRIEF.ID – Presiden Prabowo Subianto akan berpidato pada peringatan...

Mentan Sebut Ketahanan Pangan Nasional Meningkat

BRIEF.ID - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan,...