BRIEF.ID – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Januari 2025 terjadi inflasi tahunan atau year on year (yoy) sebesar 0,76%, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,99.
Pernyataan itu, disampaikan Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, dalam konferensi pers terkai inflasi, dan indeks harga petani, di Jakarta, Senin (3/2/2025).
“Secara tahunan, inflasi pada Januari 2025 dibandingkan Januari 2024 tercatat sebesar 0,67%, begitu juga inflasi bulanan Januari 2025 dibandingkan Desember 2024 sebesar 0,67%,” kata Amalia.
Dia mengungkapkan, tingkat inflasi komponen inti pada Januari 2025 secara tahunan tercatat sebesar 2,36%, secara bulanan (month to month/mtm) sebesar 0,30%, dan secara year to date (ytd) sebesar 0,30%.
Menurut dia, inflasi tertinggi terjadi di Provinsi Papua Pegunungan sebesar 4,55% (yoy) dengan IHK sebesar 112,06. Sedangkan inflasi terendah terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 0,02% (yoy) dengan IHK sebesar 105,90.
Sedangkan inflasi kabupaten tertinggi terjadi di Kabupaten Jayawijaya sebesar 4,55% (yoy) dengan IHK sebesar 112,06 dan terendah terjadi di Kota Pontianak sebesar 0,02% (yoy) dengan IHK sebesar 105,12.
Amalia menjelaskan, inflasi tahunan sebesar 0,76%terjadi karena kenaikan harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau (3,69%), kelompok pakaian dan alas kaki (1,24%), kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga (1,14%).
Selanjutnya, kelompok kesehatan (1,84%), kelompok transportasi (0,76%), kelompok pendidikan (2,05%), kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran (2,47%), dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya ( 7,27%).
“Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 8,75%, serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,30%,” ungkap Amalia.
Dia menjelaskan, pada Januari 2025 secara bulanan dan ytd terjadi deflasi sebesar 0,76% atau terjadi penurunan IHK 106,80 pada Desember 2024 menjadi 105,99 pada Januari 2025.
“Ini merupakan deflasi pertama yang dialami Indonesia sejak September 2024,” ujar Amalia.
Adapun kelompok penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah dari perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga yang deflasinya sebesar 9,16% dan memberikan andil deflasi sebesar -1,44%.
Komoditas yang dominan mendorong deflasi kelompok ini adalah tarif listrik dengan andil 1,75%, dan tomat dengan deflasi sebesar 0,03%, ketimun dan tarif angkutan udara dan kereta api dengan deflasi sebesar 0,01%.
Amalia menyatakan, deflasi provinsi yoy terdalam terjadi di Provinsi Gorontalo sebesar 1,52% dengan IHK sebesar 104,85 dan terendah terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 0,06% dengan IHK sebesar 106,11.
Sedangkan deflasi kabupaten/kota y-on-y terdalam terjadi di Kabupaten Gorontalo sebesar 1,71% dengan IHK sebesar 105,87 dan terendah terjadi di Kota Palopo sebesar 0,01% dengan IHK sebesar 104,69.