BRIEF.ID – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis Pandangan Iklim 2025 atau Climate Outlook 2025, yang dapat dijadikan acuan oleh para stakeholder untuk mengambil kebijakan dan perencanaan pembangunan di sektor terdampak kondisi iklim.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, kondisi La Nina lemah diprediksi akan berlanjut hingga awal tahun 2025. Berdasarkan pemantauan, hingga akhir Oktober 2024, suhu permukaan laut di Samudera Pasifik menunjukkan kecenderungan yang terus mendingin dengan nilai indeks ENSO sebesar -0,59.
“Ini menunjukkan telah aktifnya gangguan iklim La Nina lemah. Sedangkan di Samudera Hindia pantauan IOD menunjukkan kondisi negatif dengan indeks bulanan sebesar -0.7,” kata Dwikorita dikutip dari laman resmi BMKG, Jumat (8/11/2024).
Dwikorita mengatakan, secara umum sepanjang tahun 2025 tidak akan terjadi anomali iklim di Indonesia. Rata-rata suhu udara di Indonesia pada 2025 diperkirakan meningkat 0,3 hingga 0,6° Celcius pada bulan Mei hingga Juli. Kenaikan ini memerlukan perhatian khusus di wilayah Sumatera Selatan, Jawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Selain itu, 15% wilayah Indonesia yang diprediksi dapat mengalami hujan tahunan di atas normal yaitu meliputi sebagian Aceh, sebagian kecil Sumatera Utara, Sumatera Barat bagian selatan, sebagian kecil Riau, sebagian kecil Kalimantan Timur bagian timur, sebagian kecil Sulawesi Barat bagian utara, sebagian Sulawesi Tengah, sebagian Gorontalo, sebagian kecil Sulawesi Utara, sebagian kecil Sulawesi Selatan bagian selatan, sebagian kecil Sulawesi Tenggara, sebagian kecil Nusa Tenggara Timur, sebagian kecil Kepulauan Maluku, dan sebagian Papua bagian tengah.
“Sekitar 1% wilayah, termasuk sebagian kecil Sumatera Selatan dan NTT, diperkirakan mengalami curah hujan di bawah normal, memerlukan kewaspadaan terhadap kekeringan dan dampaknya,” ujarnya.
No Comments