BRIEF.ID – Plt Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengajak seluruh elemen bangsa memahami serta merespons peringatan dini cuaca ekstrem dengan melakukan aksi nyata. Sebab, sudah sepatutnya gap yang terjadi selama ini harus diatasi dengan sebaik mungkin demi menjamin keselamatan masyarakat luas.
Sebagai mata rantai bencana di Indonesia, BMKG tidak bisa bertindak sendirian dan membutuhkan bantuan berbagai pihak.
“Kolaborasi pentahelix menjadi penting dilakukan agar seluruh pemangku kepentingan mampu bergotong-royong sesuai tugas dan fungsinya masing-masing,” kata Dwikorita pada peringatan World Meteorological Day atau Hari Meteorologi Sedunia (HMD) ke-75 di Jakarta, Sabtu (22/3/2025)..
Ia mengatakan, mata rantai kebencanaan di Indonesia terdiri atas tiga tahap, yaitu BMKG di hulu sebagai pemberi informasi peringatan dini, Pemerintah Daerah, BNPB, Badan SAR, media massa, TNI, dan Polri sebagai interface, dan masyarakat di hilir.
Kesinambungan inilah yang harus berjalan tanpa terkecuali dan menutup gap mata rantai informasi peringatan dini bencana.
“Jika alur komunikasi ini berjalan, kami meyakini informasi peringatan dini cuaca ekstrem maupun bencana lainnya akan dapat kita mitigasi bersama. Harapannya hanya satu yaitu keselematan masyarakat Indonesia. Jangan sampai ada lagi masyarakat yang terdampak dan harus kehilangan hal yang berharga,” katanya.
Ia menambahkan, dalam memberikan peringatan dini cuaca ekstrem, BMKG telah melakukan berbagai upaya publikasi di semua jejaring komunikasi yang tersedia mulai dari media sosial @infobmkg, aplikasi InfoBMKG, SMS blast, WhatsApp Channel, komunitas, dan website http://www.bmkg.go.id. Sehingga diharapkan informasi ini terus mengalir hingga didapati oleh masyarakat untuk melakukan langkah mitigasi sebelum bencana terjadi.
Dwikorita menekankan pentingnya respon cepat dari pemerintah daerah dalam menindaklanjuti peringatan dini cuaca ekstrem yang telah dikeluarkan. Meskipun BMKG telah secara aktif memberikan informasi cuaca terkini, namun kesiapan daerah dalam merespon peringatan dini masih perlu ditingkatkan.
Peran serta pemerintah daerah dalam mitigasi bencana sangat krusial dalam memastikan setiap peringatan dini ditindaklanjuti dengan langkah antisipatif di lapangan. Seyogianya, peringatan dini bukan sekadar informasi, tetapi juga seruan untuk tindakan nyata. Kecepatan dan kesiapan dalam merespons peringatan dini cuaca ekstrem sangat menentukan upaya mitigasi risiko, baik dari segi korban jiwa maupun kerugian materiil.
“Efektivitas peringatan dini ini sangat bergantung pada kesiapan daerah dalam meresponsnya dengan langkah konkret. Diperlukan koordinasi yang lebih erat antara pemerintah daerah dan masyarakat guna meminimalkan risiko bencana hidrometeorologi secara lebih cepat dan efektif,” jelasnya.
Selain itu, lanjut dia, BMKG mengajak masyarakat untuk lebih aktif mengakses informasi cuaca melalui kanal resmi BMKG, sehingga dapat mengambil langkah-langkah pencegahan lebih dini. Dengan kolaborasi yang erat antara pemerintah daerah, BMKG, dan masyarakat, diharapkan dampak dari bencana akibat cuaca ekstrem dapat diminimalkan.
“Mata rantai yang efektif sangat penting untuk meminimalkan dampak bencana dan menyelamatkan nyawa. Koordinasi yang baik antar lembaga dan masyarakat sangat diperlukan. Peningkatan kesiap siagaan masyarakat menjadi kunci utama dalam penanggulangan bencana,” pungkasnya. (nov)