BRIEF.ID – Ada nuansa menarik saat Presiden Republik Indonesia (RI) Prabowo Subianto mengawali pidatonya, pada sesi pleno Forum Investasi Rusia St Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025 di St Petersburg, Rusia.
Prabowo yang dikenal memiliki latar belakang militer, secara terbuka memperkenalkan diri sebagai pemimpin Indonesia, yang baru dilantik pada 24 Oktober 2024. Ia juga mengakui bahwa kehadirannya pada forum investasi di Rusia merupakan penampilan perdana di panggung internasional.
“Saya Prabowo Subianto, Presiden Republik Indonesia, yang baru saja dilantik pada 20 Oktober 2024. Jadi, mohon maklum jika saya terlihat agak gugup,” kata Prabowo di Expo Forum Convention and Exhibition Centre, St Petersburg, Jumat (20/6/2025).
Pengakuan jujur Prabowo itu disambut tepuk tangan hadirin, termasuk Presiden Federasi Rusia Vladimir Putin, yang mendengarkannya sambil tersenyum. Moderator bahkan mengomentari bahwa gaya penyampaian Prabowo tidak terkesan gugup, melainkan berpengalaman.
Pengakuan Prabowo itu berawal ketika ia menyapa seluruh hadirin dan para pembicara yang hadir, di antaranya Presiden Putin, Pangeran Bahrain Nasser bin Hamad Al-Khalifa, Wakil Perdana Menteri Republik Rakyat Tiongkok (RRT) Ding Xuexiang, dan Wakil Presiden Afrika Selatan Paul Mashatile.
Selanjutnya, Prabowo perkenalan diri sebagai Presiden RI, yang baru dilantik dan kehadiran di forum itu menjadi ajang perdananya.
Setelah membuat pengakuan jujur, Prabowo mengungkapkan gagasannya sebagai pemimpin senior di Asia Tenggara. Ia menekankan bahwa SPIEF 2025 berhasil mengumpulkan pemimpin dari berbagai belahan dunia, baik dari barat, selatan, timur, dan Eurasia sehingga menjadikan forum itu sebagai arena strategis untuk membangun kepercayaan dan kesepakatan global.
Ia juga menggarisbawahi tantangan yang kini dihadapi Indonesia, antara lain kebutuhan pangan, pendidikan, dan layanan kesehatan bagi populasi yang setiap tahun bertambah sekitar lima juta jiwa atau setara dengan jumlah penduduk Singapura.
Selain itu, Prabowo juga menekankan iktikad baik Indonesia untuk menjadi bridge‑builder dan memperkuat posisi tawar di tengah dinamika multipolaritas dunia. (nov)