BRIEF.ID – Ekonom dari Bank Mandiri Reny Eka Putri mengatakan, bauran kebijakan dilakukan untuk mengantisipasi dampak dari konflik Iran dan Israel terhadap nilai tukar (kurs) rupiah.
“Goncangan di pasar keuangan yang sudah terlihat dari meningkatnya indikator volatilitas dan pelemahan rupiah akan diantisipasi dengan bauran kebijakan intervensi di pasar uang dan menjaga likuiditas valas,” kata Reny seperti diberitakan Antara, Senin (15/4/2024).
Ia menuturkan untuk saat ini, pelaku pasar masih menunggu dan mencermati untuk melihat ada tidaknya dampak langsung dari konflik Iran dan Israel terhadap perekonomian Indonesia. Konflik tersebut tentu menambah volatilitas di global.
Bauran kebijakan Bank Indonesia diarahkan untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan terutama di tengah risiko ketidakpastian global.
Penguatan bauran kebijakan tersebut dilakukan antara lain melalui langkah triple intervention di pasar spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan pasar obligasi.
Kemudian, langkah BI menarik dana asing melalui instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI), serta kebijakan suku bunga acuan yang masih dipertahankan pada level yang tinggi.
Kebijakan terkait perdagangan internasional juga diperlukan untuk menjaga kinerja ekspor impor di tengah potensi kenaikan harga komoditas akibat konflik.
Reny mengatakan pelemahan rupiah terlihat dari kurs Non-deliverable forward (NDF) yang sudah melewati Rp16.000 per dolar AS selama libur Lebaran 2024.
Konflik geopolitik dan ancaman perang Iran dan Israel yang kemudian bisa melibatkan negara-negara lain membuat pasar keuangan global kembali diliputi ketidakpastian.
Terlebih lagi dari sisi lain, data-data ekonomi Amerika Serikat (AS) seperti inflasi kembali meningkat sehingga dolar AS sebagai mata uang safe haven kembali diburu pasar sehingga indeks dolar AS semakin menguat.
Tercatat indeks dolar AS meningkat ke level 106, mengindikasikan penguatan dolar AS semakin berlanjut. Kemungkinan bank sentral AS atau The Fed juga masih akan menahan suku bunga tingginya di level 5,5 persen untuk waktu yang lebih lama lagi. Perkembangan tersebut yang menyebabkan rupiah melemah selama libur lebaran.
Pada perdagangan besok, rupiah juga diperkirakan akan terkoreksi setelah libur panjang lebaran, di mana kemungkinan pasar belum kembali normal dan sentimen negatif dari faktor eksternal yang masih tinggi. (Antara)
No Comments